Siapa yang akan menyangka kalau anak sekolah di depan rumah persis? Rumah lama tepatnya. Karena sekarang kami tinggal di tempat berbeda. Saya ingat betul ketika hamil anak pertama. Saya akan pergi ke kota naik bus dari depan rumah. Karena memang rumah berada di pinggir jalan besar. Kemudian kalau pulang, saya akan turun dari bus tepat di pinggir sekolahan tersebut.
Saya memang tergelitik untuk bercerita mengenai sekolah baru kakak. Iya, saya memanggil anak pertama dengan sebutan kakak. Sesuai permintaannya dulu. Karena dulu waktu kecil (masih belajar ngomong), adek keduanya kesulitan memanggil mas. Nah, saat bisa memanggil mas. Saya tanya ke dia, apakah tetap dipanggil kakak atau mas? Dia menjawab kakak saja mi. Ya sudah lanjut.
Nah, soal sekolah ini memang menarik. Saya juga awalnya pernah terlintas saat anak mau lanjut sekolah. Tapi tak menyangka kalau ini beneran terjadi.
Saat namanya tertera di pengumuman secara digital. Saya senang bukan kepalang. Akhirnya dia jadi murid SMP. Walau memang sedihnya, dia tetap online. Mengingat pandemi ini memang di luar dugaan. Makin naik. Belum lagi, PPKM dilanjut meski tidak sampai Agustus.
Ya, sebenarnya saya juga senang masih bisa mendampingi kedua anak ketika belajar. Saat saya pertama kali menjejakkan kaki di SMP itu. Saya jadi flashback di perjalanan. Ketika saya masih hamil dan sering baik bus ke Jogja. Karena ya riskan bawa kendaraan sendiri. Apalagi bus mungil itu juga bisa membawa saya kemana saja.
Lalu saya pun masuk ke SMP itu pertama kalinya bersama anak-anak. Suami menunggu di depan. Hal pertama yang saya tangkap adalah sikap hangat guru-guru yang berpapasan. Ada satu guru atau TU yang sangat welcome. Dan sampai hari kemarin masih mengingat saya dan anak. Meski kami mengenakan masker. Dia hapal nama anak saya.
Karena sejak awal kami pernah berbincang saat daftar ulang. Lalu beberapa pertemuan setelahnya selalu memanggil mamanya (menyebutkan nama). Ini tentu jadi rasa yang berbeda.
Apalagi beberapa guru yang melayani dengan baik. Bahkan sempat memuji anak-anak yang sedang bermain sekaligus mengasuk adik bungsunya. Poinnya bukan pada pujiannya. Tapi cara mereka mengapresiasi. Mereka melihat anak-anak begitu fasih dan terampil mengasuh adiknya. Sangat luwes tepatnya. Saya pun ditanya perihal mereka. Dan saya pun cerita singkat apa aktivitas mereka. Termasuk lifeskill-nya.
Lifeskill seperti kemampuan mereka membersihkan tempat tidur, mencuci piring, merawat adeknya. Bahkan bisa memandikan, menggantikan popok, mengganti baju, dll. Mereka juga bisa masak nasi dan makanan. Membuat minuman sendiri. Membuatkan susu dan menyiapkan makanan adiknya.
Kemudian cerita saya diakhiri dengan kata yang membuat adem sekali. “Ini pasti didikan ibunya.”
Percayalah apresiasi seperti itu sungguh menghangatkan saya. Terlebih bila keluar dari orang yang tulus. Mereka bilang, orang tak akan sanggup berlama-lama untuk pura-pura melakukan sesuatu. Sama persis dengan apa yang saya pahami.
Kemudian ketika sekolah mulai dengan PTM. Ada banyak program sekolah yang benar-benar sudah tertata. Benar-benar terprogram dengan baik. Mulai bagaimana sistem pelajarannya nanti. Benar-benar menggunakan teknologi. Tentu saja menggunakan Google Classroom dan Whatsapp. Memaksimalkan yang ada agar semua siswa bisa mengikuti pelajaran. Sempat beberapa kali ada zoom.
Yang paling membuat saya salut adalah peraturan yang diberikan ke anak seusai pelatihan OSIS.
Bahwa ada tindakan tegas untuk anak yang membully, hamil, dan menghamili. Tidak diperbolehkan naik motor, dll.
Itu adalah hal yang sangat penting sekarang ini. Paling tidak, dengan adanya tulisan seperti itu akan membuat anak berpikir ulang untuk melakukan tindakan itu. Apalagi orangtua akan segera dipanggil.
Kemarin saat saya tanya soal sekolahnya. Anaknya senang. Teman-temannya sangat baik. Mereka sering mengobrol di whatsapp. Dan tidak mau pindah.
Selama anak senang. Saya pun akan senang. Apalagi guru juga responsif ketika dihubungi. Saya bismillah semoga anaknya baik-baik saja sekolah. Walau jarak antara rumah dan sekolah cukup jauh. Ya karena kesalahan pada pencatatan penduduk itu. Tapi gpp.
Selamat bersekolah ya anakku. Kamu sudah besar. Bahkan sudah dewasa sebelum waktunya. Ami sangat sayang saya kamu. Kamu anak yang sangat baik akan selalu mendapatkan teman baik. Dimana pun kamu berada. Semoga kamu selalu dilindungi Allah dimana pun berada. Dipanjangkan usiamu dengan keberkahan. Selalu sehat, pintar, dan sukses.
Thanks for sharing
visit our website
ittelkom jakarta