Sisca anggap saja namanya itu. Dia seorang ibu berusia masih muda. Sehari-hari terlihat bersama anak sulungnya yang berusia satu tahun. Tidak ada polesan make up dan pakaian yang dikenakan juga biasa dipakai sehari-hari.
Suatu hari ada Nanda yang memiliki usaha kue, dia kewalahan karena tidak ada yang membantunya. Ditambah pekerjaan utamanya sebagai ibu dan pebisnis online. Seseorang bernama Tania pun tahu soal kelelahannya dan mengusulkan kenapa tidak menawari pekerjaan ke Sisca. Toh dia tidak ngapa-ngapain di rumah. Dia itu pengangguran tidak bekerja. Kasihan mertuanya. Masa iya, lulusan perguruan tinggi tidak bekerja, begitu pula suaminya. Nanda hanya terdiam, dia tak mengomentari info terbaru dari Tania tersebut. Hanya membalas oh berkali-kali.
Nanda tak terbiasa berkomentar apalagi dia tak tahu menahu soal Sisca. Apalagi mereka berdua hanya mengobrol sesekali, atau menegur saat berpapasan. Biasa karena pekerjaan Nanda.
Hingga suatu saat, ibunya Nanda bercerita soal orang tua Sisca yang ternyata ketua DPRD di kotanya. Tak hanya itu, Minggu pagi terparkir mobil sedan yang terbilang mewah di lapangan perumahan. Ternyata milik orang tua Sisca yang ramah. Mereka menginap hingga seminggu.
Mungkin karena sering bertemu dan mengobrol sesekali, Sisca meng-add pin bbm Nanda. Ternyata, Nanda tidak seperti yang diperbincangkan Tania. Sisca tetap bekerja. Dia mencari uang dengan berjualan online. Bukankah itu pekerjaan? Pekerjaan yang bisa dilakukan dengan mengurus anak. Hebat, karena bisa saja dia melimpahkan itu ke orang lain. Suaminya? Dia pasti juga bekerja. Mencari uang dengan cara apa pun selama halal, tetaplah bekerja. Tak melulu duduk di belakang meja dengan sepatu dan seragam.
Nanda tersenyum kecut, sepertinya orang masih banyak yang bersikap begitu. Jangan-jangan Tania dulu pernah mengira dia juga pengangguran yang hanya mengurus anak? Sama seperti dulu ada begitu banyak orang yang berpikir demikian tentangnya. Enak ya di rumah saja, tidak ngapa-ngapain. Padahal di rumah mengurus anak dan rumah itu pakai tenaga, belum pekerjaan yang juga memeras otak, dll.
Ya, kami adalah pengangguran yang berpenghasilan, ujar Nanda dalam hati, sembari meletakkan ponselnya di meja. Karena pekerjaannya telah menunggu untuk diselesaikan.