Kali ini aku akan membahas tentang kenapa wanita sulit untuk memutuskan bercerai. Lucunya ini malah jadi bahan bercandaan manusia nir empati. Bahkan banyak dari wanita sendiri yang menjadikan itu pergunjingan yang sangat tidak tepat. Ya, meski aku memang menemukan banyak komen baik dan meneduhkan dari netizen pada konten tentang wanita yang kesulitan bercerai, kdrt, diselingkuhi, dll. Hanya saja tetap saja aku tergelitik dengan segelintir wanita yang seharusnya mendukung wanita lain. Caranya? Tentu dengan pengupayaan, pendampingan, dukungan, dll. Banyak sebenarnya. Malah yang terjadi justru sebaliknya. Baik, kita mulai ya.
Miris memang ketika aku melihat masih banyak sekali perempuan NIR EMPATI terhadap sesamanya. Padahal mereka perempuan yang bisa jadi mendapatkan giliran mengalaminya. Sebenarnya tak perlu jauh-jauh harus mengalami. Minimal berempati atau cari dulu KENAPA ADA WANITA YANG KESULITAN UNTUK CERAI. Ya, kamu benar. KESULITAN CERAI.
Itu bukan sekedar RANGKAIAN HARUS CERAI.
Fyi, banyak perempuan di luar sana. TETAP DALAM PAYUNG PERNIKAHAN. Meski dia sendiri mengalami PERSELINGKUHAN. Bahkan ada KDRT. Dia kesulitan untuk meresponnya. Dia? Masih dalam PERNIKAHAN itu. Anaknya? Tidak tahu apa-apa soal ayahnya yang BERKHIANAT. Dia jadi BAHAN BECANDAAN keluarganya, dll. Padahal dia wanita yang punya perusahaan sendiri. Uang aman. Karir aman. Sangat stabil.
SEMENTARA di sudut bumi lainnya. Ada WANITA MERAUNG, meronta, dll. Dia bisa menghantam, memukul, merespon luka yang dia dapat, dll. Suaminya yang sudah KDRT dan SELINGKUH. DIA BISA membuat wanita murahan berpikir dua kali. Anaknya tahu semua kelakuan ayahnya. Bahkan anaknya bercerita ingin MEMBUNUH wanita itu. INGIN MENGHANCURKAN keluarga ayahnya (baca: nenek, kakak dari ayah, dll). Tapi mereka masih dalam pernikahan. Tentu saja pernikahan yang tinggal menunggu waktu usai. Dan wanita itu tidak menghancurkan diri, orang lain, dan keluarga lainnya.
Ada juga wanita yang menjual kesedihannya (ya katakan saja demikian) di media sosial. Tetapi dia tak bercerai. Anaknya mengenal dirinya sebagai sosok yang sangat mulia. Tetapi dia justru menghancurkan keluarga lainnya.
Ada lagi yang tetap dalam pernikahan. Dia tahu semuanya. Dia diam dan memendam lalu meninggal. Atau dia kemudian berjalan tak tentu arah bersama anak-anaknya. Bisa dengan tidur di jalan sambil menggendong anaknya. Ada juga yang termenung di dekat jendela. Sampai lupa mengurus anaknya. Kalau ini semua aku tulis tentu tidak akan ada selesainya.
Bahkan ini dalam ilmu kejiwaan pun ada istilahnya yaitu trauma bonding. Mereka kesulitan untuk lepas. Meski isi kepalanya mengatakan ingin lepas. Dan berapa banyak wanita yang sudah menyelamatkan diri tetap berakhir dengan tragis? Banyak. Suaminya selingkuh, kdrt, dan tidak mau bekerja lagi. Karena sudah tidak tahan lagi, istrinya pun diam-diam mengurus perceraian. Tiba-tiba keesokannya dia meninggal. Anaknya? Jadi korban. Apakah kisah ini hanya satu dua saja? Tentu saja tidak. Banyak. Merata di Indonesia. Padahal saat pengenalan sebelum menikah, kebanyakan para pria ini tidak menampakkan indikasi ke arah ini.
Pernah NONTON DRAKOR berjudul Good Partner? Drakor itu membuktikan bahwa kejadian seperti ini Tak hanya di INDONESIA. Korea ternyata mengalami hal sama. SAAT ISTRI BERGERAK meminta bantuan. ADA YANG MAU NOLONG? Aku akan menjawabnya GAMBLING. Lebih banyak tidaknya. Menunggu wanitanya sudah meninggal. Baru orang bergerak. Menuliskan komen penuh rasa haru, dll. Bukan saat orangnya masih ada.
Bahkan ada yang lari ke orangtuanya. Disuruh balik. Suruh pertahankan keluarganya. Bukannya, ayo nak kamu pulang. Kita bisa mulai dari awal lagi. Kalau suaminya kembali mengajak pulang. Orangtua akan berkata, “Tenang nak. Ada kami. Kamu akan aman bersama kami. Dia tidak akan berani datang lagi.” Dan masih banyak kalimat yang menenangkan lainnya.
Sekarang di lingkungan. Saat ada wanita berteriak kencang. Jelas-jelas meminta tolong. Adakah yang datang? Tidak. Mereka malah menutup korden dan mematikan lampu. Seolah tidak mendengar apa pun. Ini fakta. Meski kamu baik sama siapa pun. Alasannya? Itu urusan “dalam negeri” orang lain. Ini hanya segelintir fakta saja. Banyak.
Kepalanya sudah ingin pergi. Tapi tak ada yang membantunya. Tak ada yang menolongnya. Speak di medsos? Malah dilabeli aneh-aneh. Tak ada satu pun yang merespon. Kalau pun ada itu bisa dengan perbandingan 1: 1.000.000.000. Anaknya mengalami dendam sama ayahnya. Tapi ayahnya menyalahkan ibunya jadi penyebab anaknya dendam dengan ayahnya. Kalau itu terjadi di kalian, bagaimana?
Saat bercerai, suaminya justru tidak mau. Dengan alasan kalau yang menuntut cerai suaminya, nama istri akan buruk. Mending istrinya saja yang menuntut. Ketika istrinya mulai menuntut justru suaminya mempersulit dengan beragam alasannya. Akibatnya wanita ini memiliki status yang menggantung.
Kalau pun bercerai, wanita harus sudah siap dengan segala hal. Pandangan dari keluarganya, keluarga besar, lingkungan, dll. Pandangan sebagai orang gagal berumah tangga. Melabeli sebagai wanita yang tak pandai mengurus suami, tak pandai menjaga keutuhan keluarga, dll. Ini masih terjadi lho di tahun 2025 ini. Lucu kan? Sudah tahun 2000-an sekian. Tapi pemikiran masih tertinggal. Tidak semua. Tapi kebanyakan demikian adanya. Bukan karena apatis tapi ini realitis saja.
—–
Kok aku malah bisa berempati ya. Mau mengalami atau tidak. Aku yakin mereka juga pengen CERAI. TINGGAL TEKAN SAJA. Tapi, ada anak-anak. Dia mikir juga. Belum kalau dia pengen anak punya keluarga lengkap.
Jadi JANDA? JADI BAHAN BECANDAAN, HINAAN, DLL. Kok bisa? Ibuku? Wanita bermartabat. Jaga pergaulan. Tapi? Kena juga lho. Siapa yang melakukan? Tak hanya WANITA SAJA. Tapi pria juga. Ruang geraknya pun TERBATAS. Untung ibuku termasuk wanita cerdas juga. Bahkan menjadi atasan di antara timnya yang beris laki semua. Alhamdulillah kalau rekan kerjanya semuanya baik. Malah sangat mendukung ibuku.
Sudah kubilang wanita itu ditakdirkan salah. Lelaki selalu benar. Oknum lelaki yang demikian banyaknya itu melempar statement bahwa wanita selalu benar. Kenyataannya. Wanita dari lahir itu sudah kesalahan. Dulu anak perempuan dikubur hidup-hidup. Saat nenek moyangku, dipatahkan semangat belajarnya karena jadi konco wingking. Dan sekarang masih ada kok kaya gitu.
Kamu mau tahu? Tak semua keluarga suami itu baik. Mereka lepas tangan. Meski anggota keluarga itu mengeruk istrinya habis-habisan. Mereka juga memperlakukan istrinya dengan tidak baik. Ada? Banyak.
Jangan terlalu pongah sayang. Bisa jadi giliranmu selanjutnya. Jahat? Tentu tidak. Karena sejak awal tulisanmu itu sudah jahat. Jangan bersembunyi dari kain yang menutupimu sampai ke dada itu.
Aku pengen banget dunia hiburan kita menyoal ini. Jadi, tak hanya drakor aja yang sering konsen ke isu ini.
Ga habis pikir. Ada lho wanita kaya gitu.
Coba deh baca2 soal psikologi mereka yang menjadi korban ini. Bahkan sekarang sudah betebaran..