Seringkali tanpa kita sadari melihat orang lain tampak bahagia. Melebihi kita. Ayo jujur ajaaa…..
Terlihat sempurna memiliki segala hal yang diinginkan oleh kita. Terutama kalau sesama perempuan ya. Itu menggiurkan. Asli! Ayo jujurrrr…..
Ah postingan kali ini agak gimana gitu ya.
Kita mungkin sudah sering mendengar Rumput Tetangga Lebih Hijau. Itu terasa benar adanya. Sangat mengena.
Rumput Tetangga Lebih Hijau
Ketika kita melihat orang lain terlihat bahagia, sementara apa yang kita miliki begini saja. Ga jalan kemana-mana alias jalan di tempat.
Melihat orang lain memiliki usaha yang berhasil dengan pesat. Sementara kita sama ketika memulai. Masih saja seperti ini tanpa perkembangan yang berarti.
Melihat ada dari orang lain yang memiliki anak begitu lucu, sehat, menggemaskan, dan pintar. Lantas kita langsung merasa anak kita penuh kekurangan.
Akibatnya
kita jadi suka uring-uringan dengan keadaan yang ada. Apalagi kalau ada pengaruh dari keluarga yang suka rese. Akhirnya bisa berantem dengan pasangan bahkan mudah marah dengan buah hati.
Benar-benar sangat membahayakan kesehatan jiwa kita. Kesehatan jiwa bukan berarti rentan atau akan gila ya.
Kenapa Bisa Demikian?
Karena bisa jadi kita lupa bersyukur. Kita melihat hal-hal yang baik saja dari orang lain. Hal yang terlihat di permukaan dan hanya orang luar yang bisa melihatnya. Bukan melihat secara utuh.
Bersyukur sangatlah mudah dan membuat kita bisa jauh lebih bisa menjalani kehidupan dengan sangat baik.
Fakta yang saya temui
Saya pernah memiliki pengalaman tentang ini. Hanya untuk share saja. Saya mengenal beberapa orang yang terlihat glamour. Tak pernah absen menghadiri acara yang mengharuskannya mengenakan dresscode yang sudah ditentukan kain dan jahitannya. Belum lagi menggunakan MUA untuk datang. Belum sepatu, dll.
Pertemuan diadakan di hotel, restauran, atau kafe. Dengan ditambah arisan dalam jumlah tertentu.
Ada juga yang setiap antar jemput anak menggunakan mobil dan berpakaian necis. Plus dengan tatapan menyudutkan mereka yang datang dengan motor. Fyuh.
Ternyata suatu hari saya melihat dengan mata dan kepala saya sendiri. Bahwa semua itu tiba-tiba menjadi semacam fake.
Setiap hari, ada yang berbelanja sayur dengan nominal tak lebih dari 20 ribu bahkan kurang.
Ada yang belanja mie goreng hingga satu troli. Ada juga yang masih memiliki tanggungan begitu banyak.
Jujur saya tak bisa habis pikir. Mengingat saya sendiri ga akan pernah bisa seperti itu. Memaksakan diri. Terlihat wow, ternyata di belakang seperti itu. Yang tak masalah adalah ketika memang mereka ini benar-benar sudah longgar. Kalau masih begitu? Ya wassalam.
Lantas apa yang saya lakukan?
Tentu saja saya makin merasa bersyukur. Karena pertemanan yang ada tanpa syarat dan tidak ribet. Tidak ada aturan harus begini begitu.
Meski tampil apa adanya, saya tetap memiliki teman yang banyak. Teman yang memiliki sifat positif. Sehingga akan menjadikan diri semakin lengkap.
Tanpa harus terlihat wow, saya masih bisa berkarya dan dikenali usahanya. Masih bisa berprestasi juga. Alhamdulillah.
Apa yang ditampilkan orang lain bisa jadi untuk menutupi. Atau merasa tidak percaya akan dirinya. Merasa butuh pengakuan. Ingin dilihat. Ingin memiliki eksistensi. Dan masih banyak lainnya.
Hal yang bisa membuat kita merasa orang lain bahagia
Yang paling terlihat adalah postingan instagram. Orang terlihat bersaing dalam memposting “kebahagiaan” mereka. Entah itu fake atau real.
Padahal dibalik itu ada perjuangan untuk membuat “kebahagiaan” itu terlihat jelas dalam postingan.
Jadi tak ada salahnya kita memilih apa yang ingin kita lihat. Melihat yang bagus boleh saja. Tapi ubah mindsetnya. Dengan menjadikannya lecutan dan motivasi agar bisa seperti orang yang menurut kita memiliki kebahagiaan tersebut.
Cara tersebut jauh lebih positif dibandingkan dengan merasa yah, orang lain lebih bahagia. Andai saja, saya seperti dia. Bla bla bla…..
Kita tak perlu teracuni dengan hal-hal yang bisa jadi bukan kita. Bukannya nyaman justru merasa bukan diri sendiri.
Saya sendiri lebih memilih dua hal. Bersyukur akan apa yang saya punya. Dan saya menjadikan beberapa orang yang sudah berhasil dan bahagia itu sebagai lecutan. Sehingga saya tetap mendapatkan manfaat darinya.
Plus saya lebih menyukai menjadi diri sendiri. Simple menjalani apa yang sudah saya targetkan tiap hari untuk keseimbangan pekerjaan dan kehidupan pribadi seperti menjadi istri dan ibu dua anak. Dan kehidupan pribadi saya pun tak terganggu.
Apakah ada yang setuju dengan pendapat saya? Atau kalian sudah merasa bahagia tanpa perlu melihat kebahagiaan orang lain?