Pentingnya privasi data – Aku menulis ini karena beberapa hal yang terjadi akhir-akhir ini. Sebenarnya bukan pertama kali menulis seputar hal membahayakan ini. Lebih tepatnya beberapa tahun ini. Mungkin sudah enam tahun lebih. Aku berharap banyak yang membaca artikel ini. Aku memandangnya lebih ke soal keamanan diri dan anak-anak. Ada beberapa poin yang akan aku bahas di sini. Poin yang cukup menyita perhatianku. Jujur aku sendiri memilih bersikap.
Unggahan anak melalui media sosial sekolah
Aku sendiri pernah punya pengalaman di salah satu anakku. Oia, fyi aku memang menjaga informasi pribadi anak-anak. Okay, mereka memang terlihat di beberapa postingan lamaku. Tapi itu masih dalam taraf yang secukupnya.
Aku masih mengunggah sehari setelah acara. Atau dalam kondisi kami sudah sampai rumah. Jadi, tidak dalam waktu bersamaan.
Kedua, aku tidak pernah membagi mereka sekolah dimana. Mereka suka warna apa. Buku raport, dll. Tidak. Jadi, aku cukup tegas dalam hal ini.
Pernah satu waktu, anakku mendapatkan tugas dalam bentuk video yang disana terdapat informasi lengkap. Mulai dari nama ayah ibunya, alamat lengkap, nama lengkap anak, hobi, tanggal lahir, hingga nomor ponsel. Aku tidak tahu kalau itu akan tayang di akun youtube sekolah. Saat aku mengetahui hal tersebut. Lantas aku mengirimkan pesan untuk meminta tolong dihapus. Mengingat saat itu kondisi covid. Hal ini aku lakukan karena ada informasi pribadi kami di sana.
Aku juga menjelaskan kalau selama ini tidak pernah membagi informasi pribadi. Hanya hal bersifat umum saja. Apalagi pekerjaanku juga di internet. Kita tak pernah tahu siapa yang memiliki niat jahat. Mengingat banyak kejadian kejahatan yang sifatnya random. Hanya karena tahu informasi sang anak di media sosial (setelah ditelusuri). Kemudian mengaku saudara, dll. Sementara anak mikir ini kenalan dari keluarganya. Mengingat pelaku bisa mengetahui detil data pribadi.
Pernah juga ada sekolah yang menampilkan foto dan video anak-anak. Tanpa seijin orangtuanya. Padahal itu bukan atau belum menjadi muridnya. Terpampang jelas wajahnya. Saranku tidak apa bila kamu merasa keberatan. Kamu boleh meminta tolong untuk pihak sekolah melakukan take down unggahan tersebut. Bila sekolah itu bagus. Mereka akan menghormati permintaan itu dan mengabulkannya.
Meminta video untuk di-take down adalah hak orangtua dan anak.
Beredarnya Twibbon Sekolah
Aku tergelitik soal twibbon yang beredar. Biasanya ini dilakukan sekolah. Bukan hanya satu dua sekolah saja. Hampir di seluruh Indonesia. Aku paham itu sebagai salah satu promosi keberadaan sekolah. Hanya saja aku tidak begitu menyetujuinya. Semoga tidak ada yang salah paham dengan maksud ini ya.
Ini lebih ke sudut pandangku sendiri sejak beberapa tahun terakhir. Terutama tahun 2020. Mengingat aku bekerja melalui media sosial (lebih tepatnya internet). Pekerjaan yang sudah aku lakukan sejak awal tahun 2000. Btw, aku mengenal internet pada tahun 1998.
Balik lagi ke penggunaan twibbon. Kalau teman-teman sadari. Penggunaan twibbon begitu marak betebaran di media sosial. Terutama instagram dan tiktok. Padahal twibbon sendiri memiliki potensi besar yang bisa membahayakan anak. Kalau itu dilakukan pada TK hingga SMP. Sebenarnya berbahaya juga di SMA.
Hanya saja kalau di SMA. Kebanyakan anak sudah memiliki respon logis yang lebih cepat. Tenaga pun juga sudah kuat. Bisa melawan, dll. Bukan mengerdilkan anak TK hingga SMP ya.
Hanya saja berdasarkan pengamatanku. Mereka tidak cukup kuat bila melepaskan diri dari orang dewasa. Bahkan respon mereka saat terjadi sesuatu yang tak diinginkan pun juga belum tentu bagus. Maka perlu diajarkan sejak dini ya. Bagaimana cara kalau mendapatkan situasi dan kondisi yang tidak menyenangkan.
Twibbon sekolah biasanya disertai template caption dengan isi nama lengkap, kelas, nama sekolah, hobi, nomor ponsel, hingga kesukaan. Hal ini bisa memancing kejahatan.
Tidak mau difoto orang asing
Apakah kamu pernah diminta mengicipi makanan dan minuman sebagai bentuk promosi ketika di mall, minimarket, supermarket, dll. Lalu mereka akan mengambil gambar atau videomu? Baik ijin atau tidak. Pernah?
Aku sendiri jujur sudah tidak mau difoto atau video sebagai bentuk telah menerima produk yang ditawarkan sales tersebut. Aku akan menolaknya dengan halus terlebih dahulu. Bukannya aku tidak mau membantu. Ini lebih menghindari penyalahgunaan foto atau video. Jadi, tolong dipikirkan ulang cara promosi yang tepat.
Tidak mau menyerahkan KTP atau mengisi angket
Belum lagi kalau dapat hadiah harus mau difoto KTP-nya. Aku pernah melihat itu di salah satu toko di DIY. Mereka memberi syarat kalau mau hadiah ulang tahun. Maka mereka harus mau difoto KTP-nya. Sebagai apa? Bukti kalau memang itu hari ulang tahunnya. Padahal cukup dengan melihatnKTP saja.
Tak hanya itu. Aku juga menolak dengan halus untuk mengisi angket. Kebanyakan memang gratis. Atau nanti dikasih pulsa. Tapi apakah sebanding dengan itu semua?Ada yang tidak diketahui orang banyak soal hasil akhir angket tersebut.
Angket tersebut nantinya akan diolah dan lebih menguntungkan pihak mereka. Bahkan bisa dijual kembali dengan harga fantastis. Aku pernah mengikuti acara. Ternytaa di akhir sesi diminta mengisi angket. Saat aku baca. Aku terhenyak. Angket soal pan politik. Entah kenapa aku langsung berpikir itu nantinya akan menguntungkan si pembuat angket. Bisa untuk diri mereka atau dijual kembali hasilnya.
Tidak mau menuliskan nama dan nomor ponsel
Biasanya ini ada di gerai kecantikan. Tidak semuanya. Tapi tidak sedikit yang menggunakan cara ini untuk menjaring pengguna. Nantinya mereka akan mengelola data pemilik nomor ponsel ini.
Nah, celah ini juga akan dipakai oknum sales untuk menawarkan produknya sendiri di luar brand yang dia usung. Sehingga membuat si target market yang sudah terjaring jadi berpikir ulang.
Aku tidak akan meminta kalian melakukan hal yang sama. Hanya saja, sudah terlampau banyak kejadian tidak diinginkan bermula dari hal-hal yang sudah aku share di atas. Harapanku kamu yang membaca ini bisa mulai mempertimbangkan lagi. Alhamdulilah kalau mulai tidak melakukan beberapa hal di atas.
