Tahun ini anak saya masuk sekolah menengah pertama. Wah, banyak drama juga ternyata. Meski terbilang mulus. Lho drama tapi mulus?
Jadi begini ceritanya. Anak saya memang lulus tahun ini. Beberapa bulan sebelumnya saya sempat mbatin. Wah, gimana ya soal umur. Apakah akan ada permasalahan nantinya? Karena tahun sebelumnya ada ketentuan umur.
Eh ga tahu kenapa. Besuknya guru menyampaikan aturan baru masuk sekolah yang tidak mengutamakan usia anak. Jujur, saya merasa lega.
Akhirnya saya optimis anak bisa masuk SMP negeri. Ya, saya memang sejak awal lebih memilih sekolah negeri meski dipandang rendah dan tatapan kasihan oleh mereka yang merasa “berduit”. Ini kecuali orang yang baik ya. Mereka tentu tidak mempedulikan status sekolah anak. Lebih memilih pertemanan.
Iya, sebelum pandemi. Memang banyak sekali orangtua yang memilih menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta. Lantas mengasihani mereka yang menyekolahkan anak di negeri.
Catatan penting: tidak semua orangtua demikian. Tapi ada yang begitu.
Saya sendiri pernah beberapa kali saat anak mau masuk sekolah negeri, lantas dibilang begini.
“Ma, apa ga kasihan sama anaknya? Masuk sekolah negeri?”
“Tega banget masukin anak ke sekolah negeri.”
Atau….
Ada orangtua yang langsung mendekati atau wa.
“Ma, anaknya masuk SD mana?”
“SD negeri dekat rumah. Kalau A masuk mana ma?”
“Mau masuk negeri juga ma. Tapi kok ini pada bilang kasihan anaknya. Apa ga malu, dll.”
Saya akhirnya punya beberapa teman yang begini ini juga. Hahaha….
“Kalau saya peduli amat ma. Mau masuk negeri. Toh negerinya juga langganan juara, ada ngaji, sholat jamaah, dll.”
“Iya, ma. Saya maunya anak di negeri aja. Dekat rumah.”
“Nah, dekat rumah juga. Saya begini aja ma. Yang bayar sekolah anak itu kita. Bukan mereka. Jadi ya kalau mantab negeri ya sudah negeri aja. Itu kalau saya ma. Monggo, mama yang memutuskan.”
Tak berapa lama, para mama tersebut menghubungi saya kalau memasukkan anak ke sekolah negeri dekat rumah.
Iya, saya tahu kalau sekolah swasta tentu memiliki hal yang bisa jadi belum ada di sekolah negeri.
Tetapi memandang dengan tatapan kasihan ibu yang memutuskan memasukkan ke sekolah negeri juga bukan hal yang baik.
Tentu saya juga tidak akan gegabah ketika memasukkan anak ke sekolah negeri. Ada banyak pertimbangan juga.
Oke, balik lagi ke cerita masuk sekolah tahun ini ya. Bisa jadi adalah kebijakan tiap daerah. Karena ternyata di beberapa tempat lainnya memiliki kebijakan yang berbeda.
Tahun ini di daerah tempat tinggal saya. Usia masuk SD mulai dari usia 5 tahun lebih 6 atau 7 bulan. Monggo koreksi saya apabila ada kesalahan bulannya. Lantas untuk SMP tidak ada syarat usia. Kalau tidak salah.
Alhamdulillah kemarin anak juga memiliki nilai yang lumayan untuk masuk ke SMP yang dituju. Pengalaman masuk SMP nanti akan saya share di artikel lainnya saja ya. Bisa panjang nanti ceritanya.
Siapa tahu ini bisa jadi menambah informasi para orangtua yang akan memasukkan anak ke sekolah tahun depan. Meski peraturan dan ketentuan bisa saja berubah tetapi masih akan ada beberapa yang tidak.