Menjadi seorang ibu dan istri adalah pekerjaan yang tak akan ada habisnya. Hanya saja ada yang dilupakan orang lain tentang ibu dan istri ini. Apa saja? Kalau mau kujawab ratusan itu tentu tak cukup. Lebih dari itu. Ini memang cukup menggelitik. Kamu akan sering menemukan hal itu dimana saja. Hanya saja ini dari pandanganku ya.
Mungkin akan ada banyak yang setuju, walau tak semua, kalau menjadi seorang ibu dan istri, dia akan meninggalkan banyak kesenangannya. Sementara suami dan ayah bisa saja masih bisa bersenang-senang. Sementara istri dan ibu benar-benar terfokus ke keluarganya. Kehidupannya menjadi tak begitu seimbang. Padahal sebelum menikah, dia bisa saja memiliki aktivitas padat dan produktif. Bisa bertemu dengan banyak orang. Mengupgrade dan update dirinya pun jauh lebih leluasa. Ini bukan berarti ketika menjadi ibu dan istri, maka tak bisa lagi. Bisa, hanya saja jauh terbatas dari sebelumnya.
Karena itu seringkali kita akan mendengar akibat mengerikan dari kondisi di atas. Padahal istri dan ibu yang baik. Anak-anaknya juga baik. Tak luput dari serangan overwhelming atau mom burnout. Iya, semua pasti bilang halah dikasih nama segala. Itu mah dianya saja yang bermasalah. Bersyukurlah kita ada pada kondisi bisa memahami. Tak mendakwa mereka seperti dulu. Ya, meski itu salah.
Pentingnya Sebuah Dukungan
Istri atau ibu perlu dukungan. Dukungan untuk melakukan hal yang dia suka. Lebih bagus kalau ternyata itu menghasilkan. Bukan malah bersikap cuek. Dukungan ini bisa juga dalam bentuk pelukan, pujian hangat, tatapan ketika sedang bercerita. Mau meluangkan waktu untuk bersama. Memberikan waktu untuk sendiri. Meski seringnya adalah mustahil melakukannya. Karena ibu akan sulit bila pergi tanpa membawa anaknya.
Tipe Ibu atau Istri yang perlu kamu ketahui
Terkadang ada ibu atau istri yang bisa mengungkapkan apa yang dia rasa. Dengan mengatakannya. Bisa dalam bentuk seperti sedang mengomel, mengatakan dengan baik, marah, dll. Atau bisa dengan dia akhirnya diam saja. Seperti ingin muntah bila mengerjakan rutinitasnya. Menjadi seperti menarik diri dari aktivitasnya. Tolong pekalah ya. Bantu dan tolong dia dengan segera. Beri ruang dan perhatian. Segera ambil alih saja apa yang sedang atau biasa dilakukan ibu atau istri.
Lantas harus bagaimana?
Biarkan dia melakukan apa yang dia suka. Beri ruang untuk istirahat. Mungkin ajak saja dia beli galon. Sudah senang kok. Mau mendengarkan apa yang dia ingin cerita. Biasanya hanya ingin didengar. Karena ketika menikah. Ada seorang ibu atau istri yang memilih tidak cerita dengan orang lain, soal keluarganya. Jadi, kalau suami tidak mau mendengarkan. Itu adalah bibit-bibit yang siap meledak suatu waktu. Tentu suami juga akan gelagapan bila dibombardir kalimat bertubi-tubi. Iya kalau ledakannya masih terkendali. Kalau tidak, itu akan mengerikan. Percaya saja.
Memang baik suami dan istri akan ada masalah juga. Hanya saja, apa yang dihadapi istri itu jauh lebih complicated. Karena yang dia urus lebih dari dua orang. Dia lebih mengutamakan anggota keluarganya ketimbang dia. Sehingga banyak kejadian, missed terhadap kebutuhannya sendiri. Dia lupa tersenyum, dll. Dan dia menghadapinya setiap hari. Setiap waktu.
Percayalah, ketika kamu sebagai suami mau menolong istrimu. Dia akan menjadi perempuan yang tetap stabil dari waktu ke waktu. Meski ada kalanya dia akan menarik diri. Tapi tak akan sampai butuh beberapa minggu bahkan bulan. Percayalah, itu akan menyenangkan buat dia dan kamu suaminya.