Setelah aku pikirkan baik-baik. Secara matang dan seksama. Akhirnya aku memutuskan untuk menuliskan surat terbuka untuk Chitato Lite rasa saus krim bawang ini. Aneh? Mungkin. Tapi kalau tidak aku tuliskan. Rasanya, tak keruan. Sungguh.
Entahlah, aku juga tidak mengerti. Kenapa bisa heran dengan Chitato Lite rasa saus krim bawang ini. Mengapa sudah lama sekali tak melihatnya di rak makanan yang berisi berbagai macam jenis keripik itu? Jujur ini membuatku resah. Awalnya sih biasa, tapi makin lama makin terasa mengganggu.
Aku masih ingat benar kapan pertama kali mengetahui dan mengenal rasanya. Kurang lebih 2-3 tahun yang lalu? Aku hanya lupa tepatnya. Yang jelas sebelum bungsu lahir. Aku tak sengaja melihatnya. Tertulis dengan jelas saus krim bawang. Saat itu aku hanya membeli satu bungkus. Dan itu adalah penyesalan terhebatku. Ternyata astaga, lidahku sangat menyukainya. Tunggu dulu, aku ingin kalian menganggap ini artikel bayaran. Tidak. Ini murni dari dalam lubuk hatiku.
Aku rasa ah perasaan ini hanya akan tinggal sementara. Tapi rupanya, setelah beberapa hari berlalu. Aku merasa terganggu. Aku rindu dengan keripik itu. Keripik yang tak sengaja kutemukan. Lantas keesokan harinya aku pun mampir ke salah satu supermarket. Tempat aku membeli sebelumnya. Apa yang kudapati?
Kosong….
Tak ada satu pun sisa dan bahkan tak ada jejak yang tertinggal.
Aku pun bilang ke anakku. Apa ami salah membacanya ya? Tapi ami yakin itu namanya. Atau jangan-jangan yang ini mi? Kata mereka sambil menunjuk Chitato Lite rasa lainnya. Tapi aku bimbang. Sepertinya ada bawang deh.
Waktu terus berlalu. Sangat lama. Setelah aku mencoba mencari di tempat lainnya. Namun tak kutemukan satu pun. Akhirnya aku pun menyerah. Kalah…. Mungkin.
Lantas beberapa bulan yang lalu, aku terkejut. Pertemuan tak sengaja itu kembali terjadi. Aku melihatnya ketika pergi ke supermarket. Karena untuk makanan itu hanya ada di situ. Dan dengan harga yang sangat terjangkau. Ya, katakanlah murah. Mataku menangkapnya. Sangat jelas terpampang saus krim bawang. Aku pun langsung tersenyum cerah. Aku bilang ke anak-anakku. “Ini benar. Ami tidak salah ingat. Memang ada yang rasa saus krim bawang ini.”
Anak-anak pun lantas melihatnya. Mereka menyetujui apa yang kukatakan. Akhirnya aku membeli 3 bungkus dan pulang. Beberapa waktu kemudian aku membelinya di tempat yang sama. Karena ada selisih yang cukup jauh kalau membeli di minimarket waralaba itu.
Hingga kemudian hari karena ada urusan untuk usaha yang akan aku kerjakan (Aku memiliki begitu banyak benang. Meski begitu aku membutuhkan beberapa keperluan lagi. Berharap memiliki ribuan pembeli agar bisa menunaikan yang harus kutunaikan. Juga ingin membuat anak-anakku terjamin kelak. Jadi tak hanya satu sumber saja. Maunya.)
Saat pulang, aku sengaja mampir ke bagian supermarketnya. Lagi, aku melihatnya dengan harga yang lebih murah dari tempat biasanya. Aku pun mengambil 3 bungkus. Untuk persediaan cemilan selama 2-3 hari.
Bahkan ketika ke Solo. Aku makin kegirangan. Melihat dia duduk cantik di rak makanan itu. Bungkusnya terlihat berkilauan dimataku. Apalagi, melihat harga yang tertera hanya tujuh ribu saja. Siapa yang tak menyukainya? Aku lantas membeli 5 bungkus.
Aku pikir, itu akan berlangsung lama. Sempat aku terkejut saat tak menemuinya. Rupanya minggu besuknya, aku melihat karyawan yang sedang menyusunnya. Tapi ini sudah minggu kelima atau keenam? Aku tak melihatnya sama sekali. Dimanapun.
Aku sudah mencarinya lagi? Apakah ini akan terjadi lagi padaku? Terpaksa aku membeli Chitato Lite Salmon Teriyaki yang memang aku suka. Hanya saja itu tak menuntaskan rasa rinduku. Aku sudah habis cara bagaimana agar Chitato Rasa Saus Krim Bawang akan ada lagi. Ini memang aneh bagi sebagian orang. Sebegitu lebaynya aku mencarinya. Tapi bagiku yang biasanya sudah jatuh cinta. Aku akan sering memakannya. Dan aku akan membelinya lagi dan lagi.
Maka, surat terbuka ini aku buat. Tolong dengan sangat, agar Chitato Lite Saus Krim Bawang ini diproduksi sebanyak mungkin. Agar tidak kehabisan stoknya. Semoga yang menyukainya tak hanya aku. Pikiranku berharap, stoknya habis karena begitu banyak yang menyukainya. Semoga begitu. Karena rasa ini berbeda dari yang lainnya. Aku kesulitan untuk menterjemahkannya. Yang aku ingat dan kenali, itu begitu renyah dan ringan. Tidak keras dan kaku. Ah, aku sangat merindukannya.
Tolong, segera hadirkan dia kembali di rak makanan. Aku ingin menjemputnya pulang…..
Tertanda
Ika Mitayani yang merindukannya….