Bukan rahasia umum kalau anak-anak sangat menyukai dunia coret mencoret. Mereka pun membuat gambar yang diistilahkan oleh orang dewasa dengan istilah menggambar benang ruwet. Hayo ngaku, Anda para mama dulu pasti juga begitu? Saya juga begitu. Hahaha…..
Kok bisa tahu? Mama saya, memiliki kumpulan dokumen. Itu tak hanya soal ijazah kami berdua. Tetapi juga tentang dokumen masa kecil saya. Mulai dari surat-surat yang pernah kami kirimkan saat saya masih kecil. Saya dulu dititipkan ke kerabat ketika masih SD. Sementara mama kuliah kembali ditugaskan negara ke Bandung. Jadilah saya terbiasa menuliskan apa yang saya alami. Juga pengalaman setiap minggunya.
Di antara semua coretan itu, menyempil hasil karya saya saat kecil. Belum mengenal tulisan dan angka. Tentu saya geli melihatnya. Tapi itu memang real adanya. Jadi saya pun masih melihat jejak masa kecil di kertas yang usianya terbilang tua itu. Saya suka geli ketika membacanya. Betapa tulisannya khas anak kecil. Ya iyalah. Terkadang saya menitikkan air mata. Tanpa sadar. Bagaimana pun itu kenangan yang sulit dilupakan. Jauh dari mama yang biasa ada di dekat kita. Meski dalam 24 jam terbatas bertemu karena beliau bekerja demi kami berdua.
Oke lupakan hal di atas ya. Soalnya saya lagi gatal buat membahas tentang anak yang suka mencoret. Mulai dari nada dan pilihan katanya menyiratkan bahwa, anak yang mencoret tembok itu buruk. Saya sampai mikir, jadi anak pun tak luput dari kenyinyiran orang ya.
Anak yang suka mencoret tembok
Anak yang suka mencoret ini memang belum mengenal wadah. Apapun akan dia coret. Mulai dari kertas, meja dan dinding. Nah ini paling banyak ditemui oleh saya ketika berkunjung ke rumah teman. Ada yang menyukai kegiatan ini pada anak-anaknya. Ada yang sama sekali melarang.
Ada pula yang dengan tegas menasbihkan anak yang suka mencoret dinding dengan anak yang tidak pernah dididik orangtuanya. Di sini saya merasa gagal paham. Bagaimana mungkin ini bagian dari anak tidak pernah dididik.
Mencoret dinding memang bisa diarahkan ke media yang lain kok ma. Mama bisa mengajak anak untuk mencoret ke kertas. Tentu ini yang paling afdol. Kalau tidak, mama bisa melengkapinya dengan membelikan papan tulis. Bisa yang warna hitam atau putih. Kalau saran saya, berikan papan tulis warna putih saja ma. Kenapa? Karena lebih aman.
Papan tulis hitam harus menggunakan kapur. Untuk sebagian anak yang alergi tidak bisa menggunakannya. Akibat debu kapur ketika anak menghapusnya dari papan tulis. Tentu ini tidak bagus. Sementara papan tulis warna putih tidak membuat debu dan semacamnya. Hanya sebelumnya mama wajib memilih spidol yang mudah hilang. Kadang ada yang asal beli, dan lupa kalau itu watermark. Kan ga lucu ya?
Sekarang malah wadah untuk mencurahkan kesenangannya itu ada dalam berbagai bentuk yang lucu dan lebih menarik. Mama bisa googling sendiri ya. Ehm, nanti dibilang iklan. 🙂
Kenapa anak suka mencoret tembok?
Ya begitulah, anak usia 1-4 tahun akan mengeksplore segala macam yang ada di depannya. Juga yang ada di lingkungannya. Sebagai seorang mama harus memahami hal ini.
Biasanya yang mereka coret lebih ke dinding ya. Mereka pikir itu sangat menyenangkan. Lebih luas daripada kertas. Iya kan ma? Baik itu ruang tamu atau keluarga. Juga kamar dan dapur akan menjadi sasaran kekreatifitas mereka.
Ini manfaat anak suka mencoret tembok
Mama, jangan kawatir ya soal anak yang suka mencoret dinding. Ini memang kebiasaan anak sejak usia 1-4 tahun. Ini juga terjadi di belahan bumi mana pun. Ternyata usut punya usut, mencoret dinding adalah tanda anak kreatif dan bisa membuatnya cerdas. Sangat bagus untuk perkembangannya.
Bagaimana kalau mama tidak menyukainya?
Apabila mama tidak menyukainya atau terpaksa tidak bisa membuat mereka berhenti. Ya tidak apa ma. Anggap ini kesukaan mereka yang berbatas. Maksudnya begini. Kegiatan ini akan berhenti dengan sendirinya. Akan ada waktunya mereka akan berhenti dan tidak mencoret lagi. Mama bisa bernafas lega nanti. Mama bisa mencoba cara menyalurkan kebiasaan anak menggambar di dinding. Seperti di bawah ini.
Cara menyalurkan kesukaan anak yang mencoret tembok
Meski begitu sambil jalan, mama bisa mulai mengarahkan anak untuk memindahkan coretannya ke media lain. Mama bisa membelikan buku gambar atau memberikannya kertas. Saran saya lebih ke buku gambar. Sekarang buku gambar ada banyak macamnya. Tidak melulu berbentuk persegi panjang. Sekarang ada yang seukuran buku tulis dan tebal. Kertas hvs yang tebal. INi bisa dibawa anak kemana saja. Mau ke sekolah atau bepergian dan ingin mencoret. Tinggal buka buku gambar itu. Praktis kan?
Selain itu mama juga bisa mencetak gambar lucu yang bisa diwarnai. Mama tinggal googling saja. Ada banyak tersedia di internet lho ma. Biasanya gambar tersebut berwarna hitam dengan bagian yang dikosongi dan bisa diwarnai. Terserah mereka mau memberikan warna apa.
Mama bisa juga memberikan gambar yang bisa dia tiru. Cetak dan berikan kepada anak. Beri dia tantangan tersebut. Kalau berhasil akan diberi es krim. Bukan untuk membuat anak pamrih ya ma. Ini lebih ke membuat anak semakin semangat untuk mencapai prestasinya.
Sediakan crayon atau pensil warna dengan kualitas yang bagus. Karena ada banyak merek yang tidak begitu bagus ketika diaplikasikan.
Tip bikin cat anti coret dan kotor jadul
Mama bisa membeli cat yang memang khusus untuk membuat dinding anti coretan. Seingat saya ada produk cat yang bisa menjadi solusi tentang ini. Mama bisa googling saja untuk mencari informasinya. Terang saya lupa. Pernah ada iklannya di televisi kok ma.
Ketika mama masih berdinas dulu di salah satu rumah sakit di Solo. Saya melihat dinding mengkilap dan selalu bersih tanpa coretan. Padahal sebelumnya sangat kotor. Meski tidak ada coretan. Kata mama itulah rahasia cat. Saat itu belum tersedia cat khusus itu.
Ada alternative lain agar mama bisa menghilangkan coretan di dinding. Salah satunya dengan cara mencampur cat dinding dengan minyak.. Kalau tidak salah. Nanti ketika dinding telah selesai dicat. Dinding akan mengkilap dan licin. Dinding pun tidak mudah kotor. Saya pernah melihatnya sendiri.