Menjelang akhir tahun yang lalu. Saya merasakan meriang. Kalau orang Jawa bilang, “nggregesi”. Badan kaya mau copot semua. Waktu itu masih bisa positif thinking. Ah paling karena lagi “dapet”. Baiklah, saya nikmati saja.
Eh makin ke sini kok makin ngedrop ya. Mulai deh kaya orang lagi flu. Nanti paling juga sembuh. Pikir saya sih gitu. Seminggu sudah lewat. Saya minta kerokan saja. Biasanya ampuh. Mental.
Saya mulai batuk dan pilek. Akhirnya saya minta tolong suami membelikan obat. Sampai minggu kedua. Hidung saya selalu mengeluarkan pilek. Batuk juga berdahak.
Pada minggu berikutnya saya sudah berganti obat. Masih saja nihil. Karena badan yang pegal dan mulai ngerasa agak mendingan. Saya tetap nekat ikut beberapa acara. Acaranya lumayan bagus soalnya. Sayang kalau tidak ikutan.
Walhasil ngedrop. Bawaannya hanya tiduran saja. Urusan masak akhirnya diserahkan ke warung a.k.a beli. Mau tidak mau. Beruntung suami bantuin. Jadi agak tenang.
Bagaimana mengenal Lacoldin ini?
Saking jengkelnya kok tidak kunjung membaik. Saya pun pijet. Ke tempat langganan saya sejak dulu kala. Kali ini yang dekat dari rumah. Dekat ala Jogja ya. Sesampainya di sana saya juga dalam kondisi dipijet, terus saja batuk dan pilek. Entah yang ke berapa kali saya (maaf) mengeluarkan pilek ke tisu yang sengaja saya bawa. Mana pakai masker. Jadi ribet juga. Mau tidak mau. Saya memakai masker karena jadi mereda batuk. Padahal kondisi normal biasanya suka sesek.
Mungkin karena kasihan, yang memijat memberi tahu kalau ada obat namanya Lacoldin. Dia sudah minum obat itu dan sembuh. Padahal dia sudah lumayan lama flu. Hanya saja tersedia di apotik tertentu. Waktu itu saya hanya manggut-manggut. Sambil coba mengingatnya.
Lacoldin yang seperti apa bentuknya?
Dia lalu menambahkan kalau Lacoldin itu harus yang berbentuk tablet, jangan sirup. Alasannya lebih mantap dan manjur. Pernah coba soalnya. Wah lengkap juga ya. š
Akhirnya saya pun memutuskan mau mencoba Lacoldin. Sayang tidak pernah ada waktu. Apalagi karena faktor apotik yang menyediakan hanya brand itu. Lokasinya juga agak di luar jangkauan kami pergi.
Kami pikir pas di Solo ada yang menjual. Ternyata nihil. Apotik di dekat rumah saat itu tidak ada yang menjual. Fyuh. Tiap ke apotik juga kelewatan. Suami bilang coba saja di setiap apotik diberhentiin. Coba tanya. Lah kan dibilang beli di apotik itu? Ya coba dulu aja. Du du du…. berhubung sudah berhenti. Mau ga mau saya ke apotik itu. Satu demi satu saya tanya. Nihil.
Saking keselnya, suami langsung ke apotikĀ yang menyediakannya. Kalau dari rute pulang dari Solo. Ya jadi lebih jauh. Harusnya sudah belok dan sampai rumah. Kami pun ke apotik terlebih dahulu. Karena kalau ibu sedang sakit, kedaulatan negara terancam. Hahahaha….
Taraaaa…. ada. Ealah daritadi langsung ke sini kenapa sih? Ga bisa nahan kesel, geli campur seneng.
Apakah Lacoldin bisa menyembuhkan batuk dan pilek yang bandel banget ini?
Bagaimana pas mengkonsumsi tablet Lacoldin yang warnanya serba pink (paling demen) ini?
Saya sudah bismillah. Semoga obat ini jadi perantara kesembuhan saya. Sampai tiga hari. Badan saya berangsur pulih kondisinya. Alhamdulillah. Mulai meriang, demam, batuk dan pilek hilaaang. Senang banget. Karena bisa beraktivitas seperti semula. Nyesel banget kenapa ga kenal Lacoldin. Kenapa juga saya kaya baru dengar ya?
Lalu apakah saya merekomendasinya?
Iya. Setiap ada yang sakit dengan gejala seperti yang saya alami. Selalu saya sarankan minum Lacoldin yang tablet ini. Berasa jadi duta Lacoldin deh beneran. Saya memang gitu, kalau puas dengan produk atau jasa. Suka cerita kemana-mana.
Apakah Lacoldin cocok untuk orang lain?
Siapa yang kelihatan banget cepet sembuh dari sekian yang saya rekomendasikan obat ini? Mama. Karena yang lain kan jarang ketemu dan ga mungkin saya tanya gimana udah sembuh belum? Obatnya mujarab kan ya? Saya bisa-bisa dicurigain dapat persenan. Ya semoga sih Lacoldin mau membranding blog saya ini dan menobatkan saya jadi dutanya. Hahaha…..
Mama tempo hari juga mengalami gejala seperti saya. Lalu saya cerita minum Lacoldin aja ma. Kemarin saya sembuh kan. Mama masih inget ketika saya masih sakit batpil lumayan lama itu. Karena cuma manggut-manggut dan kekeh dengan obat andalannya yang waktu itu seperti hilang kekhasiatannya. Saya pun mencari obat itu dan ketemu. Alhamdulillah. Kali ini justru di apotik brand tertentu itu justru habis katanya. Entahlah.
Promosi terus bersambung
Keesokan harinya mama tanya. Kemarin beli dimana? Mama mau beli lagi? Enggak, itu Pak RW tanya obatnya beli dimana. Dia ngedrop juga.
Wah……