"Menikah itu bagaimana kamu menjalaninya dengan ikhlas" begitu almarhumah eyang putri saya beberapa tahun yang lalu. Saat itu saya sudah menikah selama setahun.
"Kalau bertengkar, salah satu harus mengalah, atau saling mengalah. Jangan keduanya ga mengalah. Bisa rusak semua." lanjutnya, ketika melihat saya hanya manggut-manggut mendengarkan pituturnya.
"Diamlah terlebih dahulu, lalu katakan nanti kalau hati kalian telah dingin"
Saat itu senja mulai mengiring, di pedesaan yang lengang, namun menyejukkan. Saat itu, eyang putri masih bisa dengan setia menuturkan wejangan.
—–
Kali ini saya mengingatnya sebagai salah satu warisannya. Warisan berupa wejangan yang tak akan habis oleh jaman. Maka ketika mulai berselisih paham, adakalanya mengalah meski benar. Namun ada kalanya tetap mempertahankan pendapat dengan cara yang halus, tanpa mengganggu ego pasangan. Hal ini diperlukan belajar tanpa henti.