Aku ingin bercerita sedikit tentang Wahyu yang cukup menyita perhatianku belakangan ini. Bagaimana tidak. Anak yang terlihat dengan aura berbeda itu akhirnya memutuskan putus sekolah setelah lulus SD. Sudah setengah tahun berlalu. Sebentar lagi sudah ajaran baru lagi, kan?
Awalnya postingan video tentang Wahyu mampir di halaman fyp-ku. Kalau tidak salah tahun 2022. Video itu langsung membuatku berhenti untuk menontonnya sampai akhir. Ada rasa trenyuh melihatnya. Dan seperti yang sudah-sudah, aku memeluk video itu seolah memeluk anak itu. Sejak saat itu, Wahyu menempati salah satu sudut di hatiku. Rasa ingin ada untuk anak tersebut. Padahal menilik lokasi tempat tinggalku begitu jauh dari sana. Bisa jadi faktor “kedekatan” dengan kota tersebut? Bisa jadi. Anakku sudah tidak asing lagi dengan ceritaku.
———————————————————
Bagi orang yang sudah tahu. Terlebih anak-anakku. Mereka memang melihat secara langsung. Aku memang begitu peduli dengan anak-anak. Levelnya sudah empati dan simpati yang tak main-main. Meski semampuku. Sebisaku. Ya, tidak semua anak bisa dijangkau. Kepedulianku memang sudah ada sejak dulu tapi makin menjadi ketika memiliki anak dan mereka sekolah. Aku langsung tergerak bila ada anak yang terlihat berbeda. Misal, memakai celana dalam dewasa lusuh lalu diikat ujungnya dengan karet. Kemudian posisinya di atas ikat pinggangnya. Kalau lompat, ikatan celana dalam itu akan terlihat akibat baju seragam yang terangkat. Aku langsung membelikan celana dalam untuk anak itu. Tentu saja celana dalam untuk anak-anak. Aku masih ingat benar bagaimana sorot matanya yang berbinar itu. Sebenarnya masih banyak lagi lainnya. Hanya saja memang tidak aku share.
Aku memang tak pernah bercerita ke siapa pun. Murni dari uang yang kudapatkan dari bekerja. Hasil bekerja dari klien dan konten pun banyak yang kudonasikan untuk anak-anak. Melalui lembaga, dll. Tak seberapa karena aku juga tidak berkelimpahan. Aku berusaha semampuku saja. Yang aku bisa.
————————————————–
Video Wahyu itu membuatku menonton video lainnya yang diunggah pemilik akun. Aku makin trenyuh. Anak yang hanya tinggal berdua dengan ibunya saja. Ibunya terlihat sudah sangat sepuh. Meski di sini juga banyak yang seperti itu tapi unda undi dengan umurku. Aku tidak tahu usia keduanya. Hanya saja anak itu lulusan 2024 kemarin. Sekolah dasar. Pernah juga ada video ketika dia didatangi pemilik akun, anaknya sedang belajar dengan posisi rebahan dengan buku dan LKS di depannya.
Anak ini sebenarnya kalau kulihat dari video yang ada bisa tersenyum dan mulai open. Aku perhatikan sempat begitu. Pernah diberi apa. Dia menjawab terima kasih ya dengan senyum manis. Ah, terlalu banyak yang ingin aku ceritakan dari isi kepalaku ini. Hanya saja aku melihat anak ini seperti pendiam, introvert (memiliki kecenderungan untuk menyendiri), dan minder. Sorot matanya juga terlihat jelas. Sepertinya begitu. Karena tiga hal di atas. Anak ini seperti nyaman dengan ibunya saja. Anak ini juga tidak bermain dengan teman sebayanya. Dia memilih langsung pulang. Ikut ibunya ngarit, dll.
Desember tahun kemarin, aku sebenarnya ada perjalanan ke Malang. Saat pulang aku melewati Blitar. Tepat di perempatan aku gamang. Kalau belok kiri, aku sudah tiba di Lodoyo. Karena tidak ada informasi lokasi rumahnya. Aku pulang dengan perasaan kosong. Karena aku sempat tanya tidak ada yang tahu. Aku dm pemilik akun, dll. Tidak ada jawaban.
Tetapi aku masih kepikiran dengan Wahyu. Tiap saat aku ngecek akun tersebut apakah ada update soal Wahyu. Namun nihil. Terakhir update anak itu saat pemilik akun berpapasan di jalan. September, Oktober, dan November. Ada perubahan yang mencolok pada anak ini. Tiba-tiba seminggu yang lalu. Ada update tentang Wahyu yang katanya teriak. Dia teriak ke orang yang bersama pemilik akun ini. Menurut caption dalam video. Wahyu sekarang teriak dan sampai keluar kata kasar ke tetangga. Aku tidak tahu jelasnya bagaimana. Pihak pemilik akun juga tidak pernah membalas.
Akhirnya aku pun segera melakukan beberapa hal yang kubisa. Aku mulai mencari Wahyu melalui google, gmaps dan semua media sosial. Sampai akhirnya aku menemukan lokasi rumah Wahyu. Berdasar pencarian awalku itu. Berdasarkan feelingku. Aku mengikuti gerak tanganku. Lalu setelah tahu lokasi rumahnya dari gmaps. Aku search lagi di semua media sosial. Lalu menemukan akun dari salah satu guru di youtube. Mengingat sekolah tersebut tidak memiliki media sosial. Karena aku berulang kali mencarinya di semua media sosial yang ada. Hanya saja guru tersebut tidak membaca inbox, dan tidak menerima permintaan pertemanan. Sehingga tidak ada update. Akhirnya aku mencoba cara lain.
Aku runut satu per satu sampai ke bawah dan menemukan anak itu. Karena terbiasa melihat Wahyu dari berbagai angle. Aku jadi tahu itu Wahyu. Kemudian aku mencari ke media sosial lainnya mengetikkan sesuatu dan menemukan akun dinas pemerintah yang pernah datang ke sekolah Wahyu saat masih sekolah. Aku melihat Wahyu di situ. Aku melihat dari semua postingan guru berikut postingan dinas tersebut. Wahyu tampak baik-baik saja. Bersekolah dengan sangat baik. Mengikuti pelajaran dan kegiatan dengan baik. Bahkan aku lega, setidaknya kegiatan sekolah mengantarkannya bepergian ke banyak tempat. Sama seperti yang pernah aku sampaikan ke anak-anakku dari dulu kalau tidak semua temanmu memiliki kesempatan yang sama. Kesempatan bepergian ke tempat lain. Kalau saja sekolah tidak ada acara begini. Pasti mereka akan banyak berkutat di area terdekat. Jadi, alhamdulillah sekolah pun ada kegiatan tersebut. Jadi, dia bisa melihat dunia luar. Karena seingatku dulu. Di tahun 90-an pun ada kegiatan sekolah ke Malang. Tetapi lebih ke piknik. Kalau sekarang istilahnya outing class. Karena di video pemilik akun. Ibunya pernah cerita kalau Wahyu diajak gurunya aja tidak mau. Katanya kalau hilang gimana. Seperti itu. Tapi setelah melihat dokumentasi sekolah. Jadi lega. Wahyu sudah pernah kemana-mana selain di area sekitar rumahnya.
Bahkan di video dari dinas tersebut, Wahyu berada di depan sendiri. Tampak antusias mengikuti acara tersebut. Di sekolah pun dia berada di bagian depan. Iya dia duduk di meja bagian depan ketika berada di kelas.
Lalu aku memutuskan menghubungi akun dinas pemerintah tersebut. Tujuannya tentu meminta bantuan untuk pendampingan ananda Wahyu. Mengingat setelah aku telisik, akun tersebut bagian dari program pemerintah Jawa Timur di bawah dinas sosial. Seingatku memang mengurusi hal ini juga. Aku merasa ini langkah yang tepat. Aku tak ragu saat mengirimkan DM.
Alhamdulillah dibalas dan menanggapi dengan sangat baik. Dinas tersebut akan menindaklanjuti soal Wahyu. Bahkan ingat tentang Wahyu ini saat aku menunjukkan foto yang ada Wahyu. Foto itu aku ambil dari akun dinas itu sendiri. Yang memang sudah aku unduh sejak pertama aku mulai merunut lokasi Wahyu. Menurut admin, maaf saya tidak tahu nama yang membalas DM tersebut. Wahyu memang sangat aktif selama acara tersebut. Saat ditanya ke guru. Guru mengatakan kepada tim dinas bahwa Wahyu memang aktif hanya saja ada tidak ada dukungan keluarga.
————————————————-
Soal dukungan keluarga ini mengingatkanku pada teman anakku. Aku tidak tahu kalau anaknya putus sekolah. Baru tahu Juli 2024 kemarin saat mampir ke rumahnya. Padahal aku sendiri sempat ingin mampir ke rumahnya saat lulusan SD beberapa tahun yang lalu. Karena tidak melihat nama anak itu dimana-mana. Sayangnya karena kesibukan sekolah anakku, dll. Aku belum jadi juga. Apalagi lokasi sekolah anakku juga sangat jauh dan termasuk sangat padat. Tapi paling tidak aku merasa lega kondisi terbarunya.
Entah kenapa hari itu (Juli, 2024), aku ingin mampir ke rumah teman anakku itu. Aku bertemu ibunya di luar. Ibunya bercerita kalau anaknya sempat putus sekolah. Karena dia mengatakan tidak bisa membiayai sekolah anaknya kalau lanjut. Ini pun membuatku teringat beberapa minggu sebelum ujian ASPD. Aku tanya mau lanjut kemana. DIa menyebutkan nama sekolah dengan mantap. Terus kepsek pernah cerita ada anak yang dijemput untuk ikut ujian terakhir. Hanya saja ada beberapa anak yang putus sekolah. Jadi, aku tidak tahu apakah anak itu. Karena seingatku anak itu datang mengenakan baju rapi.
Singkat cerita anak tersebut, panggil S. Ikut paket C dan sudah masuk ke salah satu SMK. Ibunya menambahkan kalau biaya sekolah nantinya dibayar setelah anaknya penempatan. Dia mengambil otomotif. Dan itu yang membuat ibunya menyetujui. Apalagi ada teman dari S yang suka antar jemput setiap sekolah.
Hal itu yang membuatku yakin, Wahyu bisa lanjut sekolah. Ikut paket C. Jadi tidak harus daftar SMP di tahun depan. Bisa langsung SMK, misalnya. Itu yang aku doakan.
Jujur, aku tidak mengenal anak ini. Hanya dari konten. Bisa jadi kepedulianku ini karena aku pernah tinggal di Blitar. Areanya juga terbilang tidak jauh dari Lodoyo. Aku juga sering diajak ke pantai melalui Lodoyo. Jadi, bukan hal yang asing lagi. Semacam ada keterikatan. Dan aku tak bisa menafikkan ini.
—————————————————————————————————–
Dukungan keluarga itu penting. Bisa jadi ibunya memang dalam kondisi yang tidak bisa mendukung anaknya dengan baik. Anak memahami kondisi ibunya. Bisa jadi anak ingin lanjut sekolah tapi ingat kondisi ibunya. Jadi, dia tidak bisa. Di video awal ibunya selalu yang menjawab anaknya tidak mau lanjut sekolah. Setelah pemilik akun menerima kabar bahwa Wahyu tidak mau lanjut sekolah. Beberapa kali ditawarin dia menolak terus. Bisa jadi tidak mau karena ibunya, tidak enak (hutang budi), atau hal lainnya. Yang pasti dia menolak terus.
Terlintas pikiran apakah ada kalimat yang menyinggungnya dan membuatnya kepikiran dari kecil hingga lulus SD ini. Karena melihat dia berpakaian seadanya dan tidak terlihat seperti anak sekarang. Bahkan memiliki kecenderungan seperti ibunya yang memakai baju seadanya. Bahkan pakaiannya juga ada yang sudah sobek tetap dipakai. Jaket sudah tidak ada lengan separuh saja dipakai. Alasan karena untuk ngarit memang masuk akal. Pernah ada konten dia memakai baju yang cukup bagus ketika mengantar ubi. Saat mau beli baju lebaran juga cukup bagus. Jaket yang dikenakan juga bagus coraknya. Dia ada kemampuan memilih baju lho. Di sekolah saat ada acara outing class dia mengenakan jaket yang sama. Wahyu juga tidak memakai sepeda baru yang diberi. Bisa jadi karena dia sangat eman/sayang dengan sepedanya sampai tidak dipakai. Untuk sepatu, aku lihat dia memakainya ke sekolah. Dia memiliki ketegasan ketika memutuskan sesuatu. Misalnya kalau iya ya mengatakan iya. Kalau tidak, ya bilang tidak. Itu sudah bagus menurutku.
Soal dia marah ke tetangga. Aku pikir mungkin pernah ada kalimat tidak mengenakkan yang sudah menumpuk dan terlontar ketika sudah mulai masuk masa remaja. Setahu aku memang ada remaja yang bersikap demikian. Usianya yang sudah setahun lebih tua dari usia ketika lulus sekolah. Asumsiku memang mengatakan anak ini masuk masa pra atau remaja. Masa dimana ada banyak pergulatan. Di drama korea juga banyak membahas soal ini. Masa anak ada kemungkinan memberontak. Keinginan untuk menyendiri atau punya ruang privasi. Karena jengkel akhirnya dia mengatakan dengan nada yang tak biasanya saat masih kecil. Sehingga orang dewasa kaget, dll. Padahal itu biasa terjadi pada usia remaja. Memang ada yang begitu dan ada yang tidak. Tapi ada yang justru meledak saat dewasa.
Wahyu sendiri juga pandai memutuskan. Bukan karena tidak enak, terus dia mengiyakan orang lain. Kalau aku perhatikan Wahyu bisa membuat keputusan sendiri. Misal diajak beli baju. Dia membeli seperlunya. Satu baju dan celana. Tak lebih dan tak kurang meski disuruh ambil sendiri. Dia bisa tegas dengan keputusannya sendiri. Bisa jadi ada cerita di belakangnya. Pernah ada kejadian apa yang membentuknya seperti sekarang. Banyak sih yang mau aku ceritakan. Hanya saja akan panjang sekali tulisan ini. Mungkin pembahasan lainnya aku tulis di artikel terpisah saja.
Setelah mengobrol dengan akun yang merupakan bagian program dari dinas sosial tersebut. Pihak dinas memberikanku nomor tanpa kuminta kalau ingin tahu Wahyu lebih jauh. Jujur respon dari dinas tersebut membuatku menangis seketika. Dari sekian akun yang aku hubungi, hanya pihak dinas yang merespon dengan sangat baik pula.
Hasil positifnya adalah pihak dinas akan menindaklanjutkan informasi ini untuk Wahyu. Aku berharap ada kabar baiknya. Karena aku cukup khawatir kondisi Wahyu apalagi hanya berdua dengan ibunya. Entah bagaimana kesehariannya dengan ibunya. Apakah juga sering mengobrol bersama. Aku yakin, apabila dinas terkait akan mampu membujuk anak ini masuk sekolah lagi. Bisa ceria lagi. Mengingat mereka juga terbiasa berinteraksi dengan kegiatan sosial yang melibatkan anak-anak. Pihak dinas juga memberikan beberapa hal yang akan dilakukan termasuk koordinasi dengan pihak sekolah sebelumnya. Karena pihak sekolah pasti juga tahu bagaimana kondisi Wahyu selama sekolah. Teman anakku juga dulu didekatin sama guru. Ibunya menyebutkan namanya. Tapi aku lupa. Gurunya lokasinya jauh dan aku tidak mengenalnya. Dari guru tersebut anaknya memutuskan sekolah lagi dengan mengikuti paket C terlebih dahulu. Semoga Wahyu bisa ceria, mau bersosialisasi, sekolah lagi ya. Bisa tumbuh dengan baik. Bisa bermain, sekolah, menikah, punya anak istri sampai cicit. Dan ibunya Wahyu bisa melihat Wahyu hidup dengan baik sampai cicitnya kelak. Aamiin ya robbal alamin.
Aku sendiri ingin datang ke rumah Wahyu memberitahunya bahwa banyak yang sayang dengannya. Mungkin aku jauh dari Jogja. Tapi aku sangat peduli dengannya. Banyak yang peduli dengannya. Kalau pun salah satu sikap yang muncul akibat viralnya dia. Bisa jadi banyak yang mengenalnya di jalan. Karena banyak yang cerita pernah ketemu dia dan ibunya di jalan. Aku ingin tahu kalau postingan itu justru membuatku tahu Wahyu. Bahwa postingan itu membuat banyak orang jadi tahu Wahyu dan sayang. Mereka ingin Wahyu sekolah dan hidup dengan baik. Semoga saat aku datang nanti, Wahyu sudah bisa menerima orang lain datang. Karena video terakhir bilang, Wahyu tidak mau bertemu dengan siapa pun. Dia langsung sembunyi. Apalagi dia tahu kalau selama ini dia juga divideo. Wallahu alam, yang tahu adalah Wahyu itu sendiri. Semoga dinas terkait bisa membantu membukakan apa yang dipendam Wahyu, membukakan ibunya agar Wahyu bisa sekolah lagi. Meski pihak pembuat video menawarkan untuk membiayai sekolah. Wahyu tetap bergeming dengan keputusannya. Semoga dengan kemampuan, kepiawaian, dan pengalaman dinas terkait di bidang sosial mampu membuat Wahyu seperti anak pada umumnya. Punya mimpi, dll. Aamiin ya robbal alamin.