Percakapan ini terjadi ketika saya sedang berada di bus trans jogja. Ada ibu yang mengajak saya berbicara. Dia bertanya segala macam termasuk pekerjaan. Saya jawab saja apa adanya. Lantas saya berganti bertanya. Dia menjawab dengan malu-malu. ” Saya hanya Ibu Rumah Tangga”
Saya tertegun sesaat memandangnya. Bukan hendak menghina, meremehkan. Bukan. Saya heran, kenapa harus malu?
Saya pun berujar, ” Ibu, Ibu Rumah Tangga, juga pekerjaan yang hebat, dia tidak minta bayaran atas apa yang dikerjakan. Coba bayangkan, ibu bekerja 24 jam tiap hari, tanpa henti. Mulai bangun, langsung bersih rumah, mencuci, memandikan anak, menyuapi, mengantar anak sekolah, mengurus suami dll. Buanyuak sekali. Tiap hari lo bu. Ibu hebat, tanpa pembantu lagi. Bayarannya cinta. Bayarannya ketika anak telah beranjak dewasa, pintar, sholeh dll.”
Saya berhenti bicara, saat dia mulai menangis. Saya memandangnya. HIngga ada kalimat yang mungkin menyayat hati.
” Sayangnya, tidak semua menghargainya Bu. Saya sering dihina, diremehkan karena berada di rumah. Katanya saya pengangguran.”
Dalam hati saya bertanya, pengangguran? Pengangguran sebelah mana. Coba sebelum menilai, cobalah mengerjakan semua pekerjaan wanita. Anda akan kelelahan. Salut buat Anda Para Ibu Rumah Tangga, di tangan Anda, Anak hebat, suami yang terurus 🙂