Sejak saya masih lajang, sudah banyak menemukan pasangan menikah yang dengan sengaja menunda memiliki momongan. Banyak sekali alasan yang dikemukakan, mulai belum siap rohani jasmani, pengaruh materi juga. Saya lantas teringat tentang ilmu dalam budaya Jawa, “Banyak Anak Banyak Rejeki”. Itu berarti bahwa tiap anak memiliki rejeki masing-masing. Bukankah, anak juga rejeki dari Tuhan? Apa artinya kalau kita justru menunda rejeki, atau bisa dikatakan, menolaknya? Seperti tidak mempercayai kemampuan Tuhan dalam memberi rejeki saja.
Saya ingat ketika menjalani minggu pertama pernikahan, saya ditanya oleh anggota keluarga, apakah akan menunda momongan atau tidak? Saya lalu menjawab dengan lantang, tidak. Mereka lalu berkata, Alhamdulillah. Menurut mereka, jangan pernah menunda momongan, itu artinya menunda rejeki Alloh, ya kalau menundanya cuma beberapa tahun, kalau selamanya ( tidak diberi momongan)? Saya lalu bergidik, tuh kan?
Lalu saya mengamati beberapa orang yang dulu pernah bilang menunda. Ada yang sudah punya anak, menunda untuk anak kedua. Ada yang menikah menunda karena belum siap materi, atau ada yang ingin bersenang-senang dulu. Ternyata, sulit bagi mereka mendapat keturunan. Hingga yang ada mereka sangat menyesal, dan menasehati ini kepada siapa pun. Jadi? Jawaban ada pada diri kita masing-masing. Apa pun alasannya jangan pernah menunda, atau apa mau Tuhan akan menunda selamanya?