Beberapa bulan yang lalu saat kita harus STAY HOME STAY SAFE. Lagi diam memandang anak-anak. Ternyata saya termasuk orang visioner ya. Dan TERIMA KASIH CORONA (COVID-19). Karena sekarang orang jadi mahfum atas apa yang saya lakukan dan ajarkan pada anak.
Kebiasaan yang saya ajarkan sebelum Covid-19 ternyata berguna dan digaungkan sekarang ini
Mungkin dulu orang-orang suka merasa aneh dengan saya. Kenapa? Saya membiasakan mereka mandi usai pulang sekolah. Pernah saya bahas di status-status facebook sebelumnya. Bahkan beberapa tahun ini saya membahas perihal ini.
Alasan anak mandi sepulang sekolah saat itu
Alasannya biar segar dan bersih. Sekolah dari pagi hingga siang tentu akan membuatnya lengket dengan keringat. Apalagi lapangan yang sangat luas itu. Sehingga kotoran akan menempel berikut keringat yang muncul.
Ini Alasan Kenapa Tidak Mengajarkan Mereka Cium Tangan?
Saya membiasakan mereka untuk TIDAK CIUM TANGAN YANG TERKENAL DENGAN ISTILAH SALIM. Kenapa? Alasannya karena tangan adalah penyebar segala macam penyakit. Seringkali orang lupa HABIS UPIL, TIDAK CEBOK, TIDAK CUCI TANGAN setelah usai beraktivitas. Saya sering melihat sendiri orang yang mengupil dan tidak cuci tangan. Kemudian menyajikan hidangan. Atau langsung dicium tangannya. Belum lagi habis membersihkan kotoran tidak cuci tangan langsung memaksa salim. Dan masih banyak lagi lainnya.
Iklan tentang obat batuk, sabun seringkali kan menampilkan adegan kalau ada orang batuk memegang pegangan bus atau kereta. Kemudian ada orang yang memegang pegangan orang tersebut. Ada kemungkinan dia bisa tertular. Apalagi saat kondisi tidak sedang fit. Jangan abaikan ini.
Edukasi Rumah Sakit Tentang Cuci Tangan dan Alasannya
Dan kalau kita KE RUMAH SAKIT SELALU ADA GAMBAR EDUKASI CUCI TANGAN SETELAH PULANG DARI RUMAH SAKIT.
Saya sering melihatnya di berbagai tempat. Bahkan di ruang rawat inap sejak dulu kala dan beberapa spot yang mudah terlihat. Jauh sebelum Corona atau Covid-19 menyerang.
Bahkan kalau misal kita usap wajah dengan tangan kotor, bisa jerawat, dll.
Sayangnya sebagian (tidak semua) orang medis memaksa salim. Bahkan ada yang sampai memaksa anak saya salim sampai disentak (didorong). Tidak menghormati keputusan orang lain. Kalau ada apa-apa dengan anak, apakah mau bertanggung jawab? Wallahu alam…..
Saya keberatan soal salim ini. Karena bagi sebagian ini seperti gila hormat dan keharusan. Sebagai tolok ukur kesopanan. Padahal kurang sopan apa anak saya itu? Saya seringkali merasa ironis dengan orang yang anak atau cucunya saja tidak sopan. Berkata dan berperilaku kasar. tapi sanggup mengatakan pada anak orang lain yang sudah diakui siapa pun sopan santunnya. Bahwa SALIM atau CIUM TANGAN menunjukkan sopan santun dan pintar. Padahal anak atau cucunya sendiri ada yang memang cium tangan atau tidak dibiasakan. Egois itu namanya. Kalau saya sendiri jujur tidak menyukai ini. Silakan diingat kembali. Tradisi ini sebelumnya tidak pernah saya alami. Saat masih kecil. Hanya berjabat tangan. Tidak ada cium tangan.
Bahkan ada anak kuliahan baru menginjak semester 3, mengantar anak baru masuk kuliah ke rumahnya. Kulihat dia menyodorkan tangannya dan dicium sama anak ini.
Belum lagi pernah lihat anak kecil saja memaksa adeknya (tentu saja bukan anak saya) buat cium tangan bersyukur anakku sudah aku ajarin. Jadi anak selalu saya ajarkan untuk bersalaman biasa. Pernah saya kecolongan waktu ada teman lama ketemu di toko buku Gramedia dan istrinya memaksa tangannya dicium dengan menghentak.
Sebegitu pentingnya? Untung anak menahan tangan dia agar tak menyentuh wajahnya.
Saya lho ga pernah memaksa orang untuk cium tangan saya. Saya sendiri juga risih. Ini bentuk kepedulian sama anak orang lain juga.
Sebagian sesepuh dan yang lainnya menganggap salim sebagai bentuk kesopanan. Padahal kesopanan itu banyak cara. Dan sampai detik ini anak saya selalu dibilang sangat sopan. Alhamdulillah guru dan lainnya mengerti dan tidak mempermasalahkan tak pernah menyentak tangan anak saya untuk sampai menempel. Karena saya selalu bilang kalau di sekolah tak perlu menempel secukupnya saja. Dan tahan tangannya.Saya ajarkan anak-anak untuk menahannya kalau dipaksa.
Membiasakan Anak Cuci Tangan dan Tidak Berbagi Satu Tempat Yang Sama
Saya juga membiasakan anak cuci tangan. Alhamdulillah ini jadi tidak berat.
Selalu MENGAJARKAN MEREKA TIDAK BERBAGI BOTOL, SENDOK, SEDOTAN, GELAS YANG SAMA.
Lha kalau dibilang pelit? Suruh dia ambil atau beli sendiri sedotannya.
Saya beri pengertian karena penularan dari situ. Kita tak pernah tahu kondisi kesehatan orang lain. Tampak bugar bukan berarti sehat. Bibir dan air liur bisa menyentuh di bagian itu. Kalau kita minum di tempat yang sama kalau orang lain memiliki sakit. Kita bakal tertular.Batuk bisa tersebar bahkan ada penyakit yang juga sama.
Suatu saat saya mendapatkan cerita SEORANG ANAK MENINGGAL KARENA TERNYATA SERING BERBAGI MINUMAN. Jadi ada yang menawari anaknya dititipkan di rumahnya karena kasihan meliht dia selalu menggendongnya. Panjang ceritanya.
Lalu tak berapa lama kolaps. Saat diperiksakan ke dokter ternyata dia terkena penyakit rahasia dan saat ditelusuri dari tetangganya itu. Nasi sudah jadi bubur.
Dia menyesal sekali…. *ini pernah saya buat status
Saya tahu cerita itu langsung setelah saya menerapkan hal di atas bertahun-tahun sebelumnya.
Kalau soal es saya tak masalah karena mereka jadi kebal. Toh kalau es dari Walls atau merek lain itu kan sudah ada standarisasinya kan?
Terus kalau es itu dari rebusan air matang ya tidak masalah. Jangan dibatasi malah jadi lemah.
Saya juga biasa pakai masker dan kacamata. Hal yang dulu suka dibilang aneh. Iya alasannya karena wajah saya bisa cepat gosong. Apabila kulit terpapar terlalu lama akan memerah dan perih.
Anak-anak juga saya biasakan untuk memakai masker kalau keluar dan tak asal pegang-pegang barang atau apapun di tempat umum.
Seusai dari kamar mandi di tempat umum juga langsung cuci tangan. Jadi anak-anak sudah biasa soal tidak memegang apapun di tempat umum.
Kalau mereka BATUK atau BERSIN maka ditutuplah mulutnya.
Nah, sekarang (sejak pandemi) ada anjuran untuk tutup mulut. Sementara saya sudah terlebih dahulu.
Saya pernah tulis ini di status whatsapp dan draft blog belum sempat diunggah karena musti disunting ulang.
Sekali lagi TERIMA KASIH CORONA, KARENA SAYA SEKARANG TIDAK DIPANDANG ANEH LAGI DENGAN KEYAKINAN DI ATAS.
Sekarang SEMUA ORANG JUGA MELAKUKANNYA BAHKAN YANG PERNAH MENGOLOK-OLOK
Sebenarnya masih banyak lagi lainnya. Kapan-kapan saya tambahkan tapi di blog aja ah. Biar tidak tertelan di status facebook. Banyak status seperti ini di akun facebook saya yang tertelan postingan baru.
Apa yang saya tulis di atas semua ada di status lama saya. Masih ada lagi sih. Yang saya sedih adalah tidak semua orangtua mengajarkan ini dan menganggap remeh. Bahkan menganggap aneh….
Tidak ada SALIM atau CIUM TANGAN sebagai bentuk sopan santun. Sebenarnya sebagian besar karena hal lain. Karena ketika tidak salim, maka si anak dianggap TIDAK SOPAN, TIDAK BAIK, dan BURUK. Bahkan tak segan sebagian MEMAKSAKAN TANGANNYA DENGAN MENGHENTAK KE ANAK UNTUK DICIUM. Maka sebenarnya itu bentuk keegoisan. Sudah banyak anak yang jatuh sakit bahkan meninggal akibat hal ini. Bahkan bayi juga banyak mengalaminya. Silakan googling sendiri.
Saya? Tidak mau menyesal.
Saya kutipkan dari blog RSUD Kulonprogo yang saya temukan. Diterbitkan sebelum Corona atau Covid menyerang.
Cuci tangan merupakan satu hal yang paling sederhana yang dapat kita lakukan sebagai upaya pencegahan penularan infeksi/ penyakit. Seperti kita ketahui bersama, kuman penyakit ada dimana-mana, tidak hanya di benda/ tempat yang tampak kotor, namun juga di benda/ tempat yang kita lihat bersih. Sebagian besar kuman penyakit berpindah dan ditularkan melalui tangan kita. Meskipun secara kasat mata tampak bersih, namun kuman bisa menempel di tangan kita tanpa kita sadari. Maka dari itu, penularan penyakit dapat dicegah dengan melakukan cuci tangan yang benar. Dengan membiasakan melakukan cuci tangan yang baik, hidup kita dan keluarga menjadi lebih sehat.
Oia, update terbaru. Sejak ada pandemi semua orang dilarang berjabat tangan, cium tangan atau salim. Bahkan saat pertemuan tatap muka sejak dulu tidak diperbolehkan guru dengan muridnya terjadi kontak fisik dalam hal ini cium tangan. Alhamdullillah sejak dulu, anak tidak cium tangan. Hanya saja para guru dan bahkan kepala sekolah tidak mempermasalahkannya. Karena ya sebagian orang paham benar soal kesehatannya.