Saya kemarin mendapatkan kesempatan untuk menghadiri Temu Blogger Kesehatan Yogyakarta bersama Kemenkes RI. Saya belajar bersama mengenai GERMAS soal penggunaan obat. Terutama penggunaan obat antibiotik.
Acara ini diadakan di Ballroom ruang Lotus 3 Hotel Aston dengan tamu tak hanya blogger. Saya berkesempatan belajar mengenai penggunaan obat terutama antibiotik. Pembicaranya tak tanggung-tanggung lho. Beliau ini berasal dari kementrian dan dinas kesehatan jogja.
Cek kesehatan apa saja?
Sebelum acara kami semua blogger diminta melakukan cek kesehatan. Mulai dari pemeriksaan tekanan darah, kadar kolestrol, kadar gula darah, tinggi badan, berat badan dan ini yang bikin saya agak malu yaitu mengukur lingkar perut duh…
Sayangnya saya tidak bisa mengetahui hasilnya karena diminta segera masuk. Sehingga pas ada jeda waktu, saya keluar dan ternyata beliau yang ada di meja permeriksaan tadi sudah tidak ada.
Kami semua diajak untuk cermat dalam penggunaan obat. Karena kalau kita salah dalam penggunaan obat bisa fatal akibatnya.
Jujur saya salut dengan Kemenkes karena sudah memanfaatkan kampanye melalui digital. Kekinian sekali. Mengingat jangkauannya lebih luas daripada kalau tidak menggunakan digital terutama blogger.
Workshop pun dimulai
Pembicara pertama dibuka oleh Indra Rizon yang merupakan Kabag Biro Komunikasi dan Pelayananan Masyarakat Kementrian RI.
Beliau menyampaikan bahwa Gerakan Masyarakat Hidup Sehat atau disingkat dengan GERMAS ini diadakan di Yogyakarta dalam rangka sosialisasi pentingnya cermat dalam menggunakan obat.
Sehingga semakin banyak masyarakat yang makin mengerti bahwa tidak bisa sembarangan menggunakan obat. Kalau tidak, bisa menyesal nantinya.
Germas sendiri memiliki fokus kegiatan dalam tahun 2017 ini yaitu melakukan aktivitas fisik, konsumsi sayur buah dan memeriksa kesehatan secara berkala.
Menurut Indra, aktivitas fisik bisa dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja. Selalu sertakan buah dan sayur dalam menu setiap hari. Lalu untuk memeriksa kesehatan minimal enam bulan sekali. Khususnya cek tekanan darah, cek kadar gula darah, cek kolesterol, tes darah lengkap di laboratorium, cek lingkar perut dan deteksi kanker leher rahim untuk perempuan.
Cara menggunakan obat
Indra juga memaparkan beberapa cara cerdas gunakan obat yaitu cara memilih obat, cara mendapatkan obat, cara menggunakan obat, cara menyimpan obat di rumah dan cara membuang obat.
Minum obat juga ada caranya. Tidak asal minum. Jadi begini, Anda harus minum obat sesuai sakitnya, harus sesuai petunjuk, cara minum obatnya jangan salah, harus sesuai dosis dan harus waspada efek samping.
Soal penyimpanan obat juga perlu diperhatikan. Anda harus menjauhkan obat dari jangkauan anak kecil. Selain rusak juga bisa berbahaya kalau sampai tertelan.
Anda juga harus menyimpan sesuai dengan suhu obat.
Cara membuang obat yang sudah rusak
Oia satu lagi. Kalau Anda merasa obat sudah expire, rusak dan tidak bisa diminum lagi. Biasanya akan dibuang kan? Ternyata membuangnya tidak boleh sembarangan lho. Wah ilmu baru lagi.
Misal untuk sirup. Anda harus membuang isinya, baru membuang botolnya di tempat sampah. Bagaimana dengan label yang ada dalam kemasan? Pastikan buang atau sobek saja ya. Khawatirnya akan disalahgunakan orang tak bertanggung jawab.
Sementara kalau Anda memiliki antibiotik yang rusak. Jangan buang di saluran air ya. Ternyata itu bisa membuat bakteri dan lingkungan terjadi resistensi. Ih serem juga ya.
Sebaiknya campur obat tersebut dengan tanah di dalam kemasannya.
Pembicara kedua adalah Hardiah Juliani, M.Kes yang merupakan perwakilan dari dinas kesehatan provinsi DIY. Beliau menyampaikan upaya dan kebijakan Pemda DIY dalam program Cermat Gunakan Obat pada Masyarakat.
Ada yang menarik. Ketika Hardiah bicara soal masalah kesehatan di DIY. Ternyata gemuk masuk dalam urutan pertama selain imunisasi lengkap, hipertensi, dll.
Tak hanya itu. Ada masalah penggunaan obat pada masyarakat yang perlu diperhatikan yaitu kurang pengetahuan dan informasi tentang obat resep dokter.
Ambil contoh soal kepatuhan pasien yang rendah. Seperti patuh dalam minum obat sesuai durasi dan dosis sehingga bisa mengakibatkan resistensi.
Terjadinya mispersepsi soal obat generik yaitu obat murah dan tidak manjur. Sebenarnya.
Generik itu sama pembuatan dan khasiatnya seperti obat lain. Obat generik ini awalnya juga dari obat bermerk. Dalam kurun 10 tahun, obat bermerk akan menjadi generik.
Lalu pembelian antibiotik secara bebas tanpa resep dokter. Nah ini masalahnya. Kalau Anda minum antibiotik akan memicu resistensi dari bakteri.
Belum cukup itu saja. Pembicara ketiga juga ikut berbagi tentang Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) yang diperuntukkan masyarakat Yogyakarta. Apa sih CBIA ini? Jadi ini termasuk dalam program meningkatkan ketrampilan memilih obat dalam swamedikasi.
Terakhir ada Mariyatul Qibtiyah Ssi, SpFRS, Apt. Selaku pakar antibiotik dari Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba Kementrian Kesehatan RI. Sesi ini lebih ke cara penggunaan antibiotik.
Antibiotik ini tidak sembarang diminum. Obat ini memiliki kegunaan untuk mengendalikan berkembangnya bakteri penyebab infeksi tubuh. Bahkan bisa menimbulkan resisten.
Setahu saya sendiri antibiotik memang tidak sembarangan diminum. Kalau batuk dan pilek ya tidak minum antibiotik. Kenapa bisa begitu? Batuk dan pilek itu terjadi karena virus yang tidak akan sembuh karena minum obat tersebut. Sementara antibiotik ini untuk mencegah perkembangbiakan bakteri.
Jujur saya senang mengikuti acara ini karena diselenggarakan dengan fun sekali. Kami diajak senam hygin. Juga ada permainan yang menambah pengetahuan juga. Seru banget.
Panitia dan pembicaranya juga baik dan ramah. Seperti teman lama yang sudah lama tak bertemu. Akhirnya setelah tanya jawab, acara Temu Blogger Kesehatan ini pun selesai. Saya pun makin mantap untuk membagi ini dengan teman lainnya. Agar tidak salah menggunakan antibiotik. Juga share soal harus makan sayur dan buah.
Oia saya juga membuat vlog saat temu blogger ini. Sudah selesai dan tinggal mengunggahnnya di Youtube. Nanti link menyusul ya. Semoga artikel ini bermanfaat ya. Jangan lupa share ke temannya ya.