Saat membaca promp blog ini. Ingatanku langsung terlempar pada satu benda mati. Bagi orang lain mungkin ini adalah hal yang biasa. Bahkan sebisa mungkin aku dijauhkan darinya. Padahal benda mati itu tak membahayakan. Sama sekali tidak.
Benda mati itu adalah boneka panda. Boneka ini sebenarnya sudah ada sejak mama menikah. Jadi, katanya ini kado pernikahan. Aku lupa tepatnya.
Aku awalnya tidak menyukai boneka. Aku sangatlah tomboy dan sekarang masih terasa. Hanya packagingnya sudah berbeda. Aku terbalut pakaian feminim. Keberanianku juga masih ada.
Saat usia berapa ya aku lupa. Tepatnya saat mulai sekolah dasar. Temanku beragam. Ada cewek banyak juga. Sejak saat itu aku mengenal mainan cewek. Padahal dulunya aku selalu mengambil mainan cowok. Baik mobil hingga pesawat. Lucu sih.
Kemudian eyang akung yang ada di rumah tersebut juga beberapa kali membawa oleh-oleh boneka. Jumlahnya pun tak sedikit. Sayangnya boneka favoritku adalah panda.
Saat aku ke kota lain. Boneka pandalah yang aku bawa. Aku peluk terus sampai di kota tujuan. Selama aku terpisah sementara sama mama karena mama disekolahkan lagi sama pemerintah. Aku jadi lebih akrab dengan boneka ini. Aku memanggilnya panda.
Aku mengalami banyak hal di kota tersebut. Kalau aku ceritakan. Aku pasti sedih. Dan banyak trigger muncul justru dari kota tersebut. Bukan dari kotaku sendiri. Bahkan ketika dewasa dan punya anak. Aku sering ketrigger beberapa kejadian yang menimpa anak-anak orang lain dan membuatku teringat masa kecilku di kota itu. Empati dan simpatiku jadi tinggi.
Aku tak terbayang kalau saat itu tak punya orangtua. Makanya kalau ada anak yang tidak punya orangtua atau “ditelantarkan” orangtua. Entah tinggal berdua dengan orangtuanya. Perasaanku campur aduk.
Tanpa orang lain tahu. Aku mendonasikan setiap pemasukan pribadi dan usaha untuk kepentingan anak-anak. Entah kesehatan, pendidikan, dll. Setiap di jalan bertemu dengan anak yang bisa jadi tak beruntung, langsung aku berikan uang.
Balik lagi ke boneka panda itu. Dia tempat berceritaku. Entah kenapa saat kecil aku tak bisa percaya dengan orang. Aku lebih memilih ke kamar dan memeluk panda dan menangis. Aku cerita apa saja. Setelah merasa baikan. Aku pun keluar kamar dan seolah tidak terjadi apa pun.
Tak sekali dua kali aku membawa boneka panda itu kemana pun. Bahkan pernah kubawa naik permainan yang tinggi banget. Apa ya namanya. Aku lupa.
Saat remaja boneka itu ada di sebelahku. Tapi tidak seperti dulu. Sebagai teman curhat, dll. Hingga suatu saat aku baru sadar boneka itu diletakkan mama di gudang. Saat aku tanya . Nanti kamu ketergantungan. Padahal ya enggak. Itu hanya saat masa kecil. Saat aku tak bercerita ke siapa pun. Hanya ke boneka itu saja. Mungkin ada jejak air mataku di sana. Hahhahahaa…..
Jujur, dengan adanya boneka itu. Aku jadi ada teman cerita. Setiap aku sedih pasti memeluknya. Dengan begitu perasaanku akan pulih. Kadang aku iri dengan masa dulu. Mudah sekali membaik. Tak pernah mendendam, pemaaf, ringan tangan, dll. Bahkan sampai beberapa waktu kemarin. Tahun lalu masih saja dibilang polos dan terlalu baik. Jadi, ada saja manusia yang begitulah.