Bab Dua Novel Online Make You Mine
Novel Online My Love Destiny |
Putri menggeser mouse berkali-kali. Aish, kenapa netbuknya ngehang seperti ini? Sementara artikelnya harus segera dikirim melalui email. Artikel itu tentang dunia wanita. Putri adalah salah satu koresponden dari Kota Solo. Sudah beberapa tahun ini, Putri menjalani pekerjaannya yang bersifat freelance ini. Dia sudah jenuh dengan pekerjaannya sebagai jurnalis. Pekerjaan yang terlalu meminta perhatian darinya.
Niat awal menjadi jurnalis memang keinginannya sendiri yang menyukai tulis menulis. Dia ingin bekerja dari rumah. Dia bersyukur, pekerjaanya sudah menghasilkan. Beberapa Majalah terbitan ibu kota menjadi langganan untuk artikelnya. Beberapa blog dan website memintannya menjadi penulis tetap. Dan dia sendiri juga memiliki blog yang juga memberi pemasukan tetap setiap bulan, melalui iklan dan banner.
Putri mengalah. Dia menyandarkan punggungnya ke kursi. Matanya terpejam. Tenang. Rileks, Putri. Pasti bisa terkirim kok. Tenang. Putri mencoba mensugesti pikirannya dengan berkali-kali menarik nafas dan menghembuskan pelan. Cara terbaik dirinya ketika sedang dilanda kepanikan.
Telepon genggam di samping netbuknya mulai menarik perhatiannya. Tangan kanan meraih ponsel pintar itu dan membuka tampilan Facebook. Dia menggulirkan beranda. Tak ada yang menarik. Hangeul. Nama Korea. Putri kemudian menekan tombol tambahkan teman. Putri melihat teman dari Orang Korea yang menarik minatnya tadi. Keren juga. Klik, klik, klik. Tanpa sadar, Putri meminta pertemanan dengan banyak orang Korea untuk menjadi temannya. Ketika dia teringat sesuatu. Dengan terburu-buru dia memeriksa apakah netbuknya sudah bisa dipergunakan kembali atau belum. Setelah bisa, Putri pun menyelesaikan pekerjaannya yang kurang sedikit lagi selesai. Sent. Email terkirim dan dia bernafas lega.
Ting!!!
Bunyi notifikasi Facebook terdengar. Putri pun melihatnya. Dia tertawa kegirangan saat mengetahui satu per satu orang Korea
tersebut menerima permintaan pertemanan darinya. Putri melihat koleksi foto teman Korea barunya itu. Mereka mulai dari Seoul hingga kota di Korea lainnya seperti Busan, dll. Menyenangkan. Sekarang minimal melihat gambar dan aktivitas orang Korea itu, putri sudah cukup senang
–
Seoul
Kafe baru itu jam segini memang sepi, karena buka mulai di saat orang lain sedang bekerja. Dua lelaki jangkung nampak duduk di sudut kafe, dengan dua cangkir kopi hangat. Lelaki yang menggunakan jaket berwarna biru tua itu sedang memetik gitar, seperti sedang mencari nada. Sesekali tangannya mencoretkan sesuatu di kertas di mejanya. Kepalanya mengangguk-angguk. Sementara lelaki yang berada di hadapannya terus saja menyesap kopi dengan tangan memegang cangkirnya. Sesekali matanya menatap teman karibnya yang terus saja sibuk mencari nada. Dia kemudian menggelengkan kepalanya.
Sadar ada orang yang selalu menatapnya, lelaki itu kemudian menghentikan kegiatannya memetik gitar. Dia membalas menatap.
“Ya!”
“Loh, seharusnya aku yang bilang begitu. Apa duniamu hanya gitar saja?”
Lelaki bernama Kim itu pun tersenyum. Astaga ini rupanya yang membuat sahabat karibnya itu berkali-kali melihatnya.
“Iya, aku harus mengunggahnya di Facebook dan You Tube. Hyung tahu kan, kalau sekarang sosial media itu mengerikan. Kalau mereka suka, aku bisa terkenal.”
“Cis, masih saja bermimpi.”
“Ya, Hyung ah. Jangan bilang seperti itu!”
“Maaf, bukan maksudku menghinamu. Tapi mimpimu terlalu tinggi. Aku takut kamu terjatuh.”
Sahabat yang dia panggil Hyung itu mendesah pelan dan memalingkan wajahnya ke jendela. Dia melihat keramaian jalan di Seoul pagi itu. Hyun Joong memang sahabatnya, maksud dia mungkin memang baik. Tapi ini mimpi yang memang sudah lama ingin kuwujudkan. Tae Woo punn menyandarkan gitarnya di tembok. Setelah meregangkan kedua tangannya, dia meraih cangkir kopi yang mulai dingin itu.
“Terima kasih Hyung. Tolong dukung aku.”
Hyun Joong mengangguk. Cangkir yang sudah tak ada isinya itu pun digeletakkan di meja, sembari diputar-putar pelan.
“Bagaimana dengan rekaman lagu barumu? Apakah nanti? Apakah sudah ada partner gitarnya?”
“Hyung, kamu memang yang terbaik.”
–
Putri terburu-buru hendak pergi ke kliennya yang unik. Pekerjaannya sebagai seorang blogger, sebenarnya tidak mengharuskan pertemuan langsung seperti sekarang ini. Toh menggunakan email dan WA saja sudah cukup. Karena klien besar, maka disanggupilah pertemuan di sebuah kafe di kota Solo. Kafe yang terdapat di dalam Mall tengah kota ini memang cukup cozy. Putri memilih duduk di sofa yang berada di sudut ruangan. Sofa berwarna putih ini memang sangat nyaman. Dia meletakkan tas dan mempersiapkan laptop di atas meja. Tak berapa lama kliennya pun datang. Pria itu mengenakan kemeja kotak berwarna biru tua dengan lengan dilipatke siku. Celana kain berwarna hitam dengan sepatu casual. Mukanya tak terlalu kelihatan sampai orang itu mendekat. Putri segera berdiri.
“Terima kasih mbak Putri sudah mau datang.” sambut lelaki itu dengan tangan terulur ke arah Putri. Gadis itu segera menyambutnya. “Sama-sama Pak Satrio.”
“Astaga, tolong jangan panggil Pak. Satrio saja.”
Putri tersenyum. Keduanya pun duduk dan memesan menu. Satrio adalah salah satu Manajer Pemasaran merek Laptop dari Korea, meminta Putri untuk mengulas secara khusus produk mereka. Putri memang beberapa kali memberikan review produk mereka, karena memang bagus, dan ternyata setelah disurvey oleh pihak Aeo, artikel dari blog milik Putri menjadi sumber rujukan bagi orang yang mencari info laptop. Menurut Satrio, karena ini permintaan khusus pihaknya merasa tidak cukup hanya melalui email. Putri yang merasa tersanjung pun menyanggupi permintaannya.
” Ayo makan dulu aja, nanti baru kita bahas setelahnya.”, tawar Satrio kepada Putri setelah menu yang dipesan telah berada di atas meja. Putri mengangguk.
–
Kim membuka akun Facebooknya, dan melihat beranda. Dia melihat di berandanya ada berbagai orang dengan berbagai warga negara. Komentar di statusnya pun juga ada yang menggunakan bahasa inggris. Semua komentar memang dia baca tapi tak dibalasnya. Dia kemudian sibuk mengunggah video terbarunya, saat di kafe kemarin dan saat merekam lagu baru di ruang studio pribadinya. Dia tersenyum. Rasanya puas saat melihat hasil kerja kerasnya di video tersebut.
“Hyung, menurutmu ini bagaimana? “
“Bagus. Suaramu berkarakter, dan akan membuat banyak wanita meleleh.”
Tawa Tae Woo meledak. Astaga, yang benar saja, wanita meleleh.
” kau tak percaya?” , Hyun Joong melirik tajam ke arahnya. ” Anya, hanya merasa janggal saja.”
” Lagi pula itu semua tergantung kamu juga. Melihat kamu yang seperti tak menyukai gadis seperti ini, akan sulit bagi mereka mendekatimu.”
“Ya! Jaga ucapanmu. Aku masih normal. Hish”
Sekarang gantian Hyun Joong yang tertawa terbahak-bahak.
Tae Wo melengos, dan melihat laptopnya, komentar sudah ada beberapa orang, dan ini siapa ini?
–
Putri sudah sampai rumah. Pertemuannya dengan Satrio itu membawa beberapa hasil yang nanti akan ditulis di blog. Dia bahkan diberi laptop Aeo keluaran terbaru. Astaga senangnya. Dan sekarang di hadapannya laptop itu sudah dibuka Putri. Begini enaknya jadi seorang blogger apalagi dengan pengunjung yang banyak, follower sosial media yang tak bisa dibilang sedikit, membuatnya diperhitungkan oleh pemilik usaha yang ingin direview atau dipromosikan. Passionnya yang ingin berbagilah yang membuatnya menikmati pekerjaannya. Oh tidak, bukan pekerjaan, ini hobi yang menghasilkan, dan dia tak harus bekerja kantoran. Dia tak peduli dianggap pengangguran, karena keluyuran di pagi atau siang hari,saat dimana orang seharusnya sedang bekerja.
Putri mengambil hape, saat ada bunyi BBM masuk. Ada Saskia yang menanyakan kabarnya, karena memang beberapa hari ini Putri tidak bisa berkumpul dengan sahabatnya itu. Pekerjaannya memang menyita perhatiannya. Kemarin dia mendapat undangan dari sebuah hotel yang menjadi satu dengan taman hiburanya. Dia asyik memfoto semua hal yang menurutnya penting untuk ditampilkan di blognya. Hotel yang berjarak 6 jam dari Solo itu memang indah sekali, dengan latar belakang pemandangan pegunungan, masih asri dan sedikit dingin.
“Kapan kita ketemuan nih? Sudah kaya menteri aja, susah diajak ketemuan.” Tulis Saskia di bbm diikuti emoticon menangis. Putri tersenyum geli. “Maaf Kia, biasa pekerjaan memanggil dan ga bisa ditolak. Habisnya gratis dan dapat uang saku sih.”
“Uang saku yang buat ke Korea, sudah siap belum?”
“Itu pasti sudah ada, tinggal nunggu waktu.”
“Astaga, kamu menunggu waktu ada yang membayari kamu gratis lagi?
“Apa boleh buat, kalau memang ada.”
“Enaknya hidupmu, semua gratis sekarang.”
“Salah siapa yang dulu diajakin ga mau. Belum apa-apa sudah nyerah sih.”
“Iya juga sih, dulu aku mundur teratur dari dunia blogger, karena tergiur uang untuk menyambung hidupo
Dasar Saskia, dengan latar belakang keluarganya yang kaya, sulit percaya dia akan berkata begitu. Dia bisa memiliki barang bermerk yang dia mau sekali tunjuk. Ya, memang harus keluar uang sendiri sih, sementara dia mendapatkan semuanya secara gratis.
“Ah kamu ini,sukanya merendah, jadi kapan kita ketemu?”
“Ya Tuhan, masa nanya aku, yang sibuk dan susah diajak ketemuan kan kamu.
“Maaf….. besuk gimana?” balas Putri setelah selesai mengingat-ingat apa kegiatannya besuk.
“Oke, ketemu di tempat biasa ya.”
Putri membenarkan posisi duduknya. Dia terkagum-kagum melihat pemandangan di hadapannya. Belum selesai dia menyapu sekitar melalui pandangan matanya, diam-diam ada yang memperhatikannya. Mata keduanya saling bertemu. Putri seperti mengingat sesuatu. Sayangnya semakin lama dia berusaha mengingat, semakin dia tak menemukan jawabannya…..