Pertanyaan ini tiba-tiba saja muncul. Ketika sekali lagi ada kabar duka dari sekolah dasar. Bagaimana seorang anak SD yang meninggal karena atap yang roboh. Dia sebenarnya selamat. Hanya saja dia membantu agar teman-temannya selamat keluar dari tempat itu. Ya, Allah. Mungkin karena tidak kuat. Akhirnya atap mengenai dirinya. Hatiku jujur tak keruan. Aku tak suka kabar duka yang menyangkut anak. Mereka masih punya masa depan yang panjang. Bisa jadi memang ini jalan dia kembali ke haribaan Tuhan. Wallahu alam. Tentu ini termasuk pukulan yang berat bagi ibunya.
Kecelakaan dinding panggung sebuah SMP di Jakarta
Belum kering ingatanku atas kecelakaan yang menimpa anak sekolah yang kerobohan pagar. Awalnya saat ada berita ini aku berharap itu bukan siswanya. Rupanya siswa itu sendiri. Ya Allah. Tak keruan.
Bagaimana tidak. Kita seorang ibu yang menyiapkan sarapan dan bekalnya. Lalu mengantarkan ke sekolah. Atau ketika diantarkan ayahnya. Lalu saat pulang sekolah mendengar kabar bahwa anak terkena kecelakaan. Dan tak berapa lama meninggal. Asli tak terbayangkan.
Lantas benarkah, sekolah menjadi tak aman lagi? Bukan karena bullying. Karena makin ke sini dicanangkan sekolah ramah anak. Itu artinya sekolah yang bisa membuat anak bersekolah dengan baik tanpa ada cerita tak menyenangkan.
Tetapi rupanya sarana prasarana dari sekolah itu sendiri tak kalah pentingnya. Bagaimana saluran pembuangan air ketika banjir. Bahkan soal bangunan itu sendiri. Setelah aku googling ternyata masalah itu terjadi karena bangunan yang tak prima atau sudah seharusnya dibangun ulang.
Ada yang ketimpa dinding yang bertuliskan nama sekolah, dinding dari panggung, pagar, dll. Memang benar anak-anakku juga sering aku beritahu sejak dulu. Jauh sebelum mendengar dan membaca berita duka seperti ini. Aku sering mengingatkan agar kalau hujan di sekolah. Lebih baik memilih di dalam kelas saja. Jauhi pagar, dinding, dll. Kita tak pernah tahu kan? Lantas kalau atap? Nah itu dia. Ini jauh lebih susah menghindar. Aku jadi ingat ketika anak masih ada di salah satu SD di kota Solo. Atap di kelas 6 juga sudah lapuk dan layak. Pihak guru sendiri katanya sudah melaporkan dan akan ditindaklanjuti. Hingga kami sudah pindah dan main ke situ. Atap itu masih saja seperti itu. Apa harus menunggu korban?
Memang benar, kita tak bisa menghindar dari kecelakaan. Tapi ini kebanyakan dari faktor kelalaian. Andai saja sejak awal sesuai dengan aturan. Mungkin kecelakaan demi kecelakaan yang melibatkan anak-anak tidak terjadi.
Berdoa semoga ini kejadian terakhir. Semoga tidak ada kecelakaan serupa dan tidak ada korban lagi. Sedih rasanya.